Sepanjang sejarah, mereka yang tumbuh besar dan berbuah dalam kehidupan umat manusia adalah yang sebagiannya tumbuh dari keterbatasan. Jadi tidak perlu risau kalau sekarang sebagian kita masih dalam keterbatasan. Karena itu tanda nyata bahwa peluang hebat dan bermanfaat terbuka lebar.
Saat liburan dan badan kelelahan, saya menyempatkan melihat sebuah video Jim Kwik. Ia bercerita bagaimana dahulu, saat masih kecil, mengalami gangguan memori, sehingga ia sulit mengingat pelajaran. Namun, ia punya tekad, sehingga terus mencoba bagaimana mengingat dengan baik.
Dua tahun perjalanan, ia berkemauan kuat untuk mengingat. Dan, tiba masanya ia menemukan metode-metode mengingat pelajaran dengan baik. Kini ia tumbuh sebagai seorang ahli tentang bagaimana mengingat dengan baik, cepat dan bertahan lama.
Sebuah situs menerangkan, Jim Kwik adalah Pelatih Otak, Pelatih Mindvalley, dan ahli dalam teknik membaca cepat dan ingatannya.
Simak Juga: Apa yang Kita Baca, itulah Diri Kita
Jim Kwik juga pendiri Kwik Learning, melalui lembaga itu dia mengajari orang cara mempelajari sesuatu dengan sangat cepat, cara mengoptimalkan otak Anda untuk kinerja tinggi, dan peningkatan daya ingat.
Ilustrasi Pohon di Polybag
Saat saya berkesempatan hadir ke Rumah Quran Bunayya di Ciampea, Bogor, saya sharing tentang bagaimana menghadapi keterbatasan.
Untuk memudahkan mereka yang masih usia SMP memahami bahasan itu, saya berikan ilustrasi tentang pohon buah di polybag.
Polybag memudahkan manusia menanam pohon buah dengan baik, apalagi kalau sayur-sayuran. Bukan karena ukurannya yang beragam, tetapi juga membuat tanaman lebih mudah kita rawat. Jadi, orang yang tidak punya lahan sekalipun, tetap bisa menanam sayur atau pohon dengan polybag.
Perhatikanlah bagaimana besarnya polybag, lalu lihatlah bagaimana tanaman yang ada tumbuh subur dengan daun yang rindang, bahkan ada yang berbuah sedangkan tanaman masih dalam polybag.
Fakta ini menunjukkan kepada kita sebuah pelajaran bahwa keterbatasan kadang kala memang bukan hambatan. Jadi jangan lesu, loyo dan tidak bergairah karena keterbatasan yang ada.
Teladan dari Tokoh Bangsa
Soekarno, Presiden RI pertama, ia adalah sosok yang begitu gemar membaca buku. Bahkan dalam toilet Bung Karno juga tersedia laci yang tersusun dari empat rak, yang semua diisi buku.
Dalam membaca Bung Karno selalu memberikan catatan-catatan terhadap buku yang ada, sehingga ada interaksi. Bukan membaca sekadar melihat-lihat, tahu, lalu lupa. Memang benar-benar ia berusaha memahami buku itu dengan baik. Jika tak sesuai dengan pikirannya ia berikan koreksi.
Bung Hatta juga tidak kalah. Bahkan ia menjadikan buku sebagai pembebas diri. “Dengan buku aku bebas,” katanya.
Kemana pun pergi, Bung Hatta selalu membawa buku, bahkan saat mempersunting wanita pujaan hatinya, sang Proklamator memberikan buku sebagai mas kawin. Bisa dikatakan, perjuangan Bung Hatta didukung ilmu pengetahuan yang didapatkan dari membaca.
Saya sering mengajak anak-anak bangsa melakukan penalaran, mereka membaca buku itu bukan karena semua tersedia. Listrik belum ada, internet apalagi, toko buku juga begitu, tetapi mereka adalah anak-anak yang dalam keterbatasan melakukan perkara penting dan kunci dalam kehidupan dan dalam Islam, yakni membaca.
Baca Lagi: Langkah Membaca untuk Memahami
Dalam kata lain, kalau kita ingin terbebas dari keterbatasan hari ini menjadi kebebasan di masa depan, amalkanlah perintah pertama dalam Islam dengan sebaik-baiknya, Iqra’ Bismirabbik.*