Siang tadi (24/10/22) usai memberikan uraian tentang jurnalistik secara daring kepada dai tangguh muda se Sulawesi, saya dapat kesempatan bertemu Wakil Walikota Bukittinggi, Sumatera Barat, Datuak Basa Balimo, Buya Marfendi.
Sebagai pejabat nomer dua di Bukittinggi tentu saja ia bisa memilih banyak tempat dan ruang untuk diskusi. Tetapi politisi PKS itu justru memilih Rumah Sejarah Indonesia yang didirikan oleh Ustadz Hadi Nur Ramadhan.
Baca Juga: 3 Sebab Anak Muda Mudah Marah
Sebagai kolega dekat, Ustadz HNR pun mengundang saya untuk ikut duduk bersila, diskusi bersama sang Wakil Walikota Bukittinggi itu.
Pergeseran Nilai
Bincang-bincang pun berawal santai kemudian menghangat dan panas. Semakin panas kala sampai pada tahap muhasabah diri.
Mengingat Tanah Minang merupakan sumber lahirnya banyak ulama, cendekiawan dan intelektual Muslim yang jasanya dirasakan oleh bangsa dan negara.
Mulai dari Bung Hatta, Buya Hamka, Natsir dan seterusnya. Tetapi mengapa kini manusia berkualitas seperti itu tidak lagi mudah lahir dan dihadirkan.
Dahulu, anak laki-laki dewasa, tidak akan dapat pengakuan sebagai anak lelaki kalau malam tidak tidur di surau. Tetapi sekarang, semakin banyak orang, terutama anak muda yang kian jauh dari surau.
Banyak nilai-nilai mulia yang dahulu jadi karakter hidup para tokoh dan pejuang dari Tanah Minang, kini mulai luntur dan terus rampak.
Gagalnya Kaderisasi
Buya Marfendi pun menyampaikan diagnosanya. Itu semua karena kita gagal melakukan kaderisasi.
Kaderisasi harusnya terus kita kuatkan. Tanpa kaderisasi, kita akan terus kehilangan dan kemusnahan.
Oleh karena itu kita tidak bisa lagi mengatakan bahwa patah tumbuh hilang berganti.
Dalam konteks manusia berkualitas iman dan takwanya, lalu siap memikul amanah besar kehidupan, tidak bisa seperti itu.
Kita malah harus kerja keras dalam kaderisasi dengan melakukan persiapan sebaik mungkin.
Sehingga sebelum ada yang patah, memang ada yang siap tumbuh. Dan, sebelum ada yang hilang, memang telah siaga yang akan meneruskan tugas.
Baca Lagi: Yang Membahagiakan
Diskusi yang menurut saya sangat penting, terlebih bagi kaum Muslimin, yang kala seorang tokoh telah tiada, tidak cepat kita menemukan penerus atau pengganti.
Ustadz Abdullah Said pernah menyampaikan dalam satu ceramahnya, tidak mudah menemukan kaliber manusia dari sosok besar ulama, seperti Buya Hamka, Daud Beurueh, M. Natsir dan lainnya.
Jadi, mari perkuat kaderisasi agar pemimpin kalangan muda siap meneruskan perjuangan dakwah keumatan.*