Mas Imam Nawawi

- Hikmah

Ketegasan Sang Umar

Sore (24/10) usai kesana dan kemari selama di Surabaya dan Madura, saya akhirnya berkesempatan duduk. Seperti biasa, saya segera menyambar buku tentang ketegasan sang Umar bin Khathab karya Muhammad Husain Haikal. Dalam buku itu, saya menemukan kisah tentang mengapa Umar bin Khathab ra mencopot Khalid bin Walid dari posisi panglima perang. “Bolehjadi sikap tegas Umar […]

Ketegasasn Sang Umar

Sore (24/10) usai kesana dan kemari selama di Surabaya dan Madura, saya akhirnya berkesempatan duduk. Seperti biasa, saya segera menyambar buku tentang ketegasan sang Umar bin Khathab karya Muhammad Husain Haikal.

Dalam buku itu, saya menemukan kisah tentang mengapa Umar bin Khathab ra mencopot Khalid bin Walid dari posisi panglima perang.

“Bolehjadi sikap tegas Umar kepada Khalid sampai berlebihan demikian sesudah ia kembali ke Madinah sebagai orang yang tanpa jabatan, sebab Umar melihat ada sekelompok orang yang fanatik kepada Khalid berusaha mengobarkan fitnah dan menyebarkan kekacauan,” demikian tulis dalam buku itu pada halaman 346.

Kemudian kelanjutan dari kisah itu.

Suatu waktu Khalid menyampaikan pendapatnya terhadap Umar perihal dirinya yang dicopot.

Baca Juga: Menguatkan Daya Baca

Umar menjawab, “Khalid, buat saya Anda sangat mulia, saya mencintaimu. Anda tidak akan menyalahkan saya lagi.”

Khalid pun sadar akan apa yang menjadi latar belakang Umar mengambil keputusan tegas terhadapnya.

“Bagaimana seorang Khalid akan membangkang kepada pemimpinnya atas perintah yang dikeluarkannya, dia seorang prajurit yang mengenal disiplin dan meyakininya.

Dia seorang Muslim yang keislamannya baik. Ia ingin sekali agama yang benar ini mendapat kemenangan di tangannya atau di tangan orang lain.”

Kepercayaan

Pemimpin yang tegas akan memberikan pesan yang jelas pada setiap kebijakan dan keputusannya.

Alhasil, mereka yang jadi anggota, bawahan, atau rakyat dapat menangkap, memahami dan melaksanakan perintah dari sang pemimpin.

Ketegasan seorang Umar di atas penting menjadi ibrah bagi kita semua, apakah diri sebagai pemimpin, walau tehradap diri sendiri benar-benar telah tegas atau banyak kompromi pada hal yang tidak membangun kebaikan diri dan masa depan.

Mengapa Khalid akhirnya menerima keputusan berat itu? Tidak lain karena ada kepercayaan terhadap sang pemimpin, yakni Umar.

Dan, itu ia lihat dari pembuktian berdasarkan akal dan hatinya secara langsung. Karena Umar memang pemimpin yang benar-benar sepi dari pretensi.

Oleh karena itu, desas-desus yang mengangkat kemarahan Khalid tidak mampu mengungguli kecerdasan Khalid di dalam menilai kepemimpinan dan keimanan.

Semua Butuh Ketegasan

Ketegasan sejatinya tidak berlaku dan spesial hanya dalam ruang kepemimpinan. Seperti militer atau kepala negara. Bahkan terhadap diri dan keluarga pun sama. Kita membutuhkan ketegasan.

Orangtua pun yang ingin anak-anaknya tumbuh menjadi orang yang berkarakter, selain keteladanan, orang tua harus memberikan ketegasan dalam mendidik mereka.

Prof. Didin Hafidhuddin mengisahkan strategi mendidik anak kepada saya. Bahwa beliau tidak pernah memerintahkan sang anak melakukan sesuatu. Kecuali meneladankannya terlebih dahulu dan menjalankannya dengan penuh ketegasan.

Baca Lagi: Api dalam Puisi Muhammad Iqbal

Namun ketegasan tidak berarti sama dengan kekerasan. Bahkan ketegasan juga penting beriringan dengan kelembutan.

Tegas tidak berarti anti untuk memberi kasih sayang. Sering memberikan belaian, pujian, canda dan hadiah kepada anak. Namun jangan kelembutan menghilangkan ketegasan hingga akhirnya menjadi kebabalasan, memanjakan anak dalam rumah.

Dengan demikian kepada ketegasan Sang Umar kita bisa belajar dan menempatkan ketegasan dengan baik dan benar dalam segala lini kehidupan.*

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *