Kesalingketergantuangan merupakan ketetapan Tuhan. Oleh karena itu, manusia memerlukan akhlak di dalam interaksi satu sama lain.
Jauh hari, sebelum Stephen R. Covey menulis buku tentang The 7 Habits of Highly Effecetive People, Rasulullah SAW telah mendorong umat Islam untuk saling menghargai, menghormati dan saling mengasihi.
Baca Juga: Kebersamaan dalam Perjuangan
“Orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Dzat yang Maha penyayang. Hendaklah kalian sayangi orang yang ada di bumi, niscaya Dzat yang ada di langit akan mencintai kalian.” (HR at-Tirmidzi).
Uraian Covey
Kesalingketergantungan butuh yang namanya kepercayaan. Untuk itu Covey membuat satu istilah yang ia sebut rekening bank emosi.
Rekening bank emosi bisa dibentuk dengan sopan santun, kebaikan hati, kejujuran dan memenuhi komitmen.
Semua itu harus dilatih dengan sungguh-sungguh.
Covey mengatakan, “Saya percaya bahwa jika Anda melatih kebiasaan selalu memenuhi janji yang Anda buat, Anda membangun jembatan kepercayaan yang merentangi kesenjangan pengertian antara Anda dan anak Anda.”
Sebaliknya, ketika diri tidak sungguh-sungguh membangun bank emosi itu dengan baik, maka kepercayaan akan runtuh dan tidak akan pernah datang dari orang lain kepada diri kita.
Covey mengatakan bahwa ketika kita berbuat tidak baik, maka itu sama dengan kita mempersilakan orang lain untuk melakukan hal tidak baik itu terhadap diri kita.
Bangunan Kuat
Kesalingtergantungan di dalam kajian KH. Abdullah Said hanya bisa diwujudkan ketika satu sama lain manusia sama-sama fokus menekan potensi tagha dalam diri dengan sebaik-baiknya.
Mengapa umat Islam tidak unggul, bukan karena umat Islam kurang orang pintar, orang kaya dan orang hebat. Tetapi yang belum ada adalah orang yang siap hidup di dalam kepemimpinan jama’ah, sehingga semua bisa tertata, teratur, dan melekat kuat, ibarat bangunan yang kuat.
Allah Ta’ala sendiri menerangkan di dalam Alquran bahwa keadaan yang dicintai oleh Allah adalah orang beriman yang di dalam kebaikan bersatu dalam satu barisan yang kokoh, ibarat bangunan yang kokoh.
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. Ash-Shaffat: 4).
Dalam tafsir Muyassar disebutkan bahwa berbaris rapi seolah-olah mereka adalah bangunan yang kokoh lagi mantap sehingga musuh tidak dapat menembusnya.
Baca Lagi: Alquran dan Nalar Sehat
Untuk bisa kokoh, kesadaran salingketergantungan adalah syarat, dimana satu sama lain tidak merasa lebih baik, lebih hebat, sehingga mental berdiri sama tinggi, duduk sama rendah, benar-benar menghadirkan satu kekuatan perubahan.
Saat itu terjadi, di situlah implementasi bahwa yang paling mulia di antara kita adalah yang bertaqwa benar-benar hidup, nyata dan membawa kebaikan luas dan berkesnimabungan.*