Home Artikel Kesadaran dan Tujuan, Kunci Tenang Menghadapi Apapun
Segera bangkit, perbaiki kesadaran dan kembalilah hidup pada tujuan

Kesadaran dan Tujuan, Kunci Tenang Menghadapi Apapun

by Imam Nawawi

Tanpa kesadaran dan tujuan manusia tidak akan pernah tenang dalam menghadapi situasi dan kondisi apapun. Sekalipun ia berada di universitas untuk menimba ilmu. Betapa banyak mahasiswa yang kehilangan arah dalam masa studinya. Mereka bersenang-senang, tetapi gelisah. Mereka pergi kuliah tapi tak tahu arah. Begitulah kala hidup tanpa kesadaran dan tujuan, tak ada kebahagiaan dan ketenangan batin.

Seorang mahasiswa belum lama ini juga meminta dialog bersamaku. Ia menuturkan betapa dirinya rapuh, bingung dan tak tentu arah. Saat saya tanya mengapa demikian, ia menjawab tegas. “Saya seperti tidak punya tujuan dalam hidup ini.” Mendengar itu saya tersenyum, sebagai mahasiswa Anda telah menemukan akar masalah.

Kadang-kadang, orang tahu akar masalah dari kondisi yang sedang dialami. Tetapi tidak semua bisa langsung mengerti dan meyakini, bahwa itulah akar dari masalah yang mendera. Dengan demikian langkah untuk bisa keluar dari masalah hidup tanpa kesadaran dan tanpa tujuan adalah mengerti apa itu kesadaran dan apa itu tujuan.

Kesadaran

Kesadaran bisa kita pahami sebagai kondisi seseorang mampu menyadari atau mengetahui sesuatu. Ini termasuk kesadaran akan diri sendiri, lingkungan sekitar, pikiran, perasaan, dan sensasi fisik. Saat Nabi Muhammad menyadari dirinya adalah Nabi, maka ia tahu cara menghadapi orang kafir, yaitu tegas. Sekaligus paham bagaimana bersikap kepada orang beriman, yakni lemah lembut.

Mahasiswa yang sadar dirinya adalah penuntut ilmu, maka ia akan mengerahkan segenap energi dan waktunya untuk menyerap ilmu. Jika ada mahasiswa banyak santai dan minim latihan berkarya, maka dia sedang dalam kondisi tidak sadar. Bukan arti pingsan, tetapi ia hidup tapi tanpa makna.

Secara bahasa sadar berasal dari bahasa arab “Shadr” yang artinya apa yang ada di dalam dada manusia, yakni hati. Jika manusia aktif hatinya, hati nuraninya, maka ia akan memelihara pikiran, ucapan dan sikapnya sebagaimana layaknya manusia. Ia tidak mau membuly. Bahkan ia tidak mau bicara yang tidak bermanfaat.

Akan tetapi kalau dadanya pasif atau penuh dengan kotoran berupa kebencian dan kedengkian, maka pikiran, ucapan dan tindakannya akan sangat buruk, bahkan bisa jadi terus destruktif hingga menjadi tidak manusiawi.

Secara prinsip untuk menghadirkan kesadaran dalam hati, kita perlu meluangkan waktu untuk merenung dan introspeksi diri. Ini bisa kita lakukan melalui meditasi, berdoa, atau sekadar duduk tenang dan mengamati pikiran serta perasaan yang muncul.

Dengan mengamati diri sendiri tanpa penilaian, kita bisa lebih memahami diri sendiri, termasuk motivasi, nilai-nilai, dan pola pikir kita. Kesadaran ini memungkinkan kita untuk membuat pilihan yang lebih bijaksana, mengelola emosi dengan lebih baik, dan menjalani hidup dengan lebih otentik dan bermakna.

Tujuan

Sekalipun seseorang telah berumur 20 tahun, tidak jaminan ia sadar tujuan hidupnya. Hal itu yang menjadi sebab mengapa anak-anak muda hari ini kurang tertarik dengan perkara yang mendewasakan. Karena hidup tanpa tujuan membuat mereka masih merasa anak-anak dan merasa wajar kalau terus bermain-main. Tragisnya jika itu kita biarkan, maka sulit kita menjadi lebih siap untuk mengisi waktu dengan benar untuk kehidupan di masa depan.

Oleh karena itu langkah praktis mengubah diri masih layak bermain-main menjadi lebih siap, dewasa dan bertanggung jawab adalah dengan membuat tujuan dalam hidup. Buatlah tujuan hidup yang jelas, bahkan kita harus memiliki tujuan hidup yang bisa kita visualisasikan.

Ingat kisah Nabi Yusuf? Ia adalah anak-anak yang mimpinya bukan hanya jelas, tetapi terang dapat digambarkan kepada ayahnya, Nabi Ya’kub. Kejelasan tujuan hidup memudahkan seseorang mengembangkan sistem pendukung dalam dirinya, seperti antusias, bisa menerima nasihat dan tentu saja bertanggung jawab.

Jadi punya tujuan bukan soal saya telah memiliki tujuan. Tetapi dengan sasaran yang telah kita tetapkan, kita mau membentuk kualitas diri dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat mencapai misi itu dengan sebaik-baiknya di masa depan. Seperti Nabi Yusuf, tujuan membuatnya mampu mendesain diri sebagai insan yang sabar luar biasa.

Dalam kata yang lain, jika dalam hari-hari pada masa kini dan masa lalu, kita lebih banyak malas, tidak mau berjuang, tidak produktif, maka kita mudah menilainya. Itu boleh jadi diri mulai kendor, tidak yakin dengan tujuan hidup yang telah dibuat.

Segera bangkit, perbaiki kesadaran dan kembalilah hidup pada tujuan. Maka semua perilaku negatif itu dapat kita berantas dengan segera. Akal kembali optimis menghadapi tantangan apapun itu. Selamat mencoba.*

Mas Imam Nawawi

 

Related Posts

Leave a Comment