Gempa yang terjadi di Mamuju dan sekitarnya di Sulawesi Barat (15/01 pada dini hari itu benar-benar mengejutkan rakyat seluruh Indonesia. Berita duka dan hilangnya orang-orang yang sarat kebaikan menjadikan duka itu menyeruak ke banyak dada.
Sampai naskah ini dibuat, tercatat telah ditemukan 34 korban meninggal dunia, sebagian di Mamuju dan sebagian lagi di Majene, seperti disampaikan oleh Raditya Jati, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB dalam keterangan tertulisnya seperti disiarkan bbc.
Jumlah korban ini diduga akan terus bertambah seiring dengan potensi kemungkinan ada korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan gedung yang roboh.
Hari ini pun rekan-rekan BMH Pusat melaporkan bahwa komunikasi terkendala. Pertama karena pasca kejadian hingga Jumat siang PLN masih padam. Kedua, akibat dari padamnya PLN, jaringan seluler menjadi tidak stabil, sehingga komunikasi terkendala alias tidak maksimal.
Sebagai gambaran, kerusakan akibat gempa ini telah merobohkan gedung-gedung strategis. Seperti Kantor Gubernur Sulbar dan RSUD Mamuju. Termasuk sebuah hotel di sana.
Baca Juga: Kekayaan Tak Terhingga Pilot Sriwijaya Air SJ 182
Sedangkan di Majene, gempa telah sebabkan terjadinya longsor di tiga titik di sepanjang jalan poros Majene-Mamuju yang menyebabkan akses jalan terputus. Jalan ini pada 2015 pernah saya lalui dengan mobil ambulan BMH dan bus Mamuju-Makassar.
Selamat Jalan dr Adriani Kadir
Setiap musibah tidak saja menjadi sebab kerusakan fisik tetapi juga meniadanya sosok orang-orang baik dan penuh kebaikan dalam hidup ini. Satu di antaranya adalah dr Adriani Kadir.
Menurut kolega saya yang pernah tugas dakwah di Mamuju, Syamsuddin, dr Adriani Kadir adalah sosok yang sangat lembut, penuh perhatian dan selalu membantu para dai, warga dan santri di Pesntren Hidayatullah Mamuju.
“dr Adriani Kadir adalah seorang dokter yang kami kenal baik, juga sangat besar perhatian dan kepeduliannya terhadap sesama,” ucapnya kepadaku.
“Diantara kebaikannya itu adalah beliau selalu dengan senang hati memberikan pelayanan medis saat santri-santri dan para asatidz di pesantren berobat ke kliniknya. Kalau yang datang dari pesantren, pasti selalu Gratis. Tidak mau dibayar,” imbuhnya.
Seorang senior, Ustadzah Miftah As-Sa’adah juga menuturkan hal serupa kepadaku.
Baca Juga: Semangat Juang dan Teladan dari dr Saifuddin Hamid
“Saat terakhir bawa anak ke sana cuma setelah seminar parenting bersama Bu Irawati Istadi. Sempat minta maaf, karena nggak sempat hadiri seminar. Beliau Pengen ikut-ikut kegiatan di Hidayatullah tapi tidak punya waktu. Tapi beliau siap mensupport kegiatan Mushida di Mamuju,” tuturnya.
Ketika saya ketik nama sosok yang juga Ketua IDI Mamuju itu memang tidak sulit menemukan tempat praktik beliau. Bahkan berita perihal runtuhnya rumahnya pun telah rilis di beragam situs internet.
Selamat jalan dr Adriani Kadir, semoga kemuliaan dan keberkahan di sisi Allah menyertaimu di alam barzakh.
Aksi Galang Dana
Sementara itu, Pemuda Hidayatullah bekerjasama dengan Laznas BMH di dua wilayah, Gorontalo dan Sulawesi Tenggara telah turun ke jalan melakukan aksi galang dana. Langkah ini disegerakan guna dapat membantu dengan cepat kebutuhan saudara-saudara kita yang tertimpa musibah di Mamuju dan Majene.
Mari satukan hati dan langkah untuk berdoa dan mengirmkan bantuan bagi saudara-saudara kita di Mamuju dan Majene. Semoga musibah ini membawa kesadaran yang mendalam bagi segenap rakyat dan bangsa Indonesia, sehingga ke depan kebaikan dapat terus kita rasakan.*