Home Kajian Utama Kepemimpinan Ramadhan
Kepemimpinan Ramadhan

Kepemimpinan Ramadhan

by Imam Nawawi

Kepemimpinan Ramadhan mungkin belum jamak orang mengulasnya. Namun, bagaimanapun Kepemimpinan Ramadhan saya kira menarik kita jadikan pembahasan.

Hal ini agar kita dapat melihat bagaimana seharusnya seorang pemimpin bersikap dan berperilaku dalam bulan Ramadhan.

Baca Juga: Kebahagiaan Akhir Ramadhan

Sebab dimensi keberkahan Ramadhan, seperti sifat rahman Allah, meliputi siapapun. Ramadhan pun demikian, memberi sisi berkah pada segala sisi kehidupan, termasuk soal kepemimpinan.

Komitmen Kebaikan

Rasulullah SAW sangat senang mengisi hari-hari Ramadhan dengan ketaatan dalam bentuk ibadah dan amal sholeh dalam beragam kebaikan kepada sesama.

Seorang pemimpin, dalam skala keluarga hingga kepala negara, semestinya menyempatkan waktu merenung dan memahami, apakah kebaikan yang akan jadi andalan selama Ramadhan ini?

Pertanyaan ini sederhana, tetapi sama seperti dengan seorang driver yang melaju kencang di jalan tol, lalu lupa melihat petunjuk jalan, ia akan kebablasan.

Problemnya sederhana, lupa membaca tulisan dalam petunjuk jalan. Begitu pun seorang pemimpin yang bertemu Ramadhan, tetapi tidak memiliki pertanyaan penting, ia akan melalui tanpa makna.

Keteladanan

Ketika seorang pemimpin sadar bahwa dirinya butuh melakukan kebaikan dan ketaatan kepada Allah Ta’ala, ia tidak perlu lelah berteriak mengajak orang taat, entah bayar pajak atau pun melakukan kebaikan.

Orang banyak sebagai rakyat akan melihat dan meneladani.

Akan tetapi, kalau seorang pemimpin hanya mampu bicara namun tidak dalam tindakan, maka tidak ada sebuah teori pun yang bisa ia gunakan sebagai pembelaan.

Pepatah mengatakan 1 keteladanan lebih efektif daripada 1000 penjelasan atau bahkan perundang-undangan.

Peduli

Pemimpin dalam Ramadhan idelanya melahirkan sikap peduli.

Sebab hakikat puasa adalah pengendalian.

Seorang teman bertanya, bagaimana dengan keputusan DPR menjadikan Perppu Ciptaker sebagai UU, apakah itu kepedulian.

Baca Lagi: Marah Boleh Tapi Apakah Harus?

Saya hanya mengatakan, kalau benar mereka peduli, itu tidak akan pernah terjadi. Tetapi karena sudah jadi kenyataan, itu akan jadi catatan rakyat akan perjalanan bangsa ini.

Kepemimpinan Ramadhan otomatis melahirkan kepedulian jika benar dalam berpuasa.

Sebab dalam puasa kita dapat merasakan sendiri apa itu lapar dan haus. Kalau dalam situasi begitu ia juga masih tidak bisa peduli, mungkin ia sudah kehilganan jati diri.

Dan, secara universal, semua itu bisa kita raih. Entah diri anak muda, mahasiswa, atau siapapun.

Karena pada hakikatnya puasa Ramadhan menghendaki kita menjadi pribadi dengan jiwa kepemimpinan yang membawa kebaikan, bahkan rahmat bagi semesta alam.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment