Dalam lubuk hati terdalam, terkadang orang-orang beriman berpikir perihal kehidupan yang serba enak dari orang-orang kafir. Mengapa orang-orang yang tidak beriman (kafir) kepada Allah dan Rasul, justru hidup penuh kenyamanan. Tetapi benarkah mereka dalam kenyamanan dan kenikmatan? Faktanya belum tentu, bahkan tidak demikian.
Analogi dari Gus Baha menarik kita jadikan sudut pandang. Kalau ada orang membangga-banggakan dirinya sering bertemu pasangannya, maka ayam jauh lebih unggul. Hal ini menunjukkan bahwa manusia tidak akan sampai pada level baik hanya karena apa yang ada dalam tangannya, berupa kelancaran meraih nikmat hidup di dunia. Terlebih kalau hanya aspek jasadiyah belaka.
Manusia akan merasakan hidupnya tenang, bahagia dan bercahaya hanya kala dirinya mampu memberi manfaat kepada sesama, bahkan kepada generasi yang akan datang karena dorongan keimanan.
Ketetapan Allah
Sekarang rasionalitas kita tidak menemukan jawaban, mengapa orang kafir, kehidupannya tampak lebih enak, nikmat, nyaman. Dalam situasi seperti ini, kita butuh petunjuk. Mari kita tadabburi ayat ke-178 Surah Ali Imran.
“Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan.”
Jadi, Allah memberikan peringatan kepada orang-orang kafir, bahwa mereka sebenarnya tidak beruntung. Sangkaan mereka bahwa hidupnya nyaman dan nikmat hanyalah kesemuan.
Kelak akan datang siksaan karena dosa-dosa mereka. Mereka akan sampai pada masa dimana siksa tak dapat mereka hindari.
Ayat ini, memberikan panduan kepada umat Islam, jangan memandang apapun sebatas apa yang tampak. Pandanglah dengan sudut pandang wahyu, bahwa tak semua yang nyaman itu pasti anugerah kenikmatan.
Baca Juga: Anak Muda Harus Siap Memimpin
Jadi, percayalah kepada Allah, bahwa Allah terus memberikan pilihan hidup terbaik kepada kita semua. Dan, semua kenikmatan hidup orang kafir, akan bermuara pada siksaan yang pedih. Hal ini karena orang kafir mendustakan Allah dan Rasul-Nya.
Amal Shaleh
Berdasarkan uraian tersebut kita dapat memahami bahwa sebaik-baik hidup anak manusia adalah yang hatinya memiliki iman. Kemudian iman itu mendorong diri bersemangat untuk melakukan amal shaleh.
Dalam kata yang lain, tugas kita sebagai insan beriman sangat jelas setiap harinya. Yakni bagaiman terus menumbuhkan iman dan terus berbahagia dalam amal shaleh.
Jika kehidupan kita tidak seleluasa kehidupan orang kafir dalam hal ekonomi, jangan salah paham. Lalu memandang kehidupan orang kafir lebih baik daripada kehidupan kita sebagai Muslim.
Meski begitu umat Islam harus lebih unggul dalam hal kinerja, kedisiplinan dan berbagai syarat penting untuk kemajuan peradaban.
Sebab selain ibadah secara pribadi, umat Islam harus tangguh dalam ibadah sosial. Oleh karena itu penting sekali ada upaya meningkatkan kesadaran umat Islam tentang berbagai masalah sosial yang ada di sekitar kita. Dengan begitu mereka tergerak untuk membantu dan memberikan solusi. Bergerak bersama, sinergi dan kolaborasi menjawab tantangan demi tantangan sosial yang terus menganga.
Jangan karena merasa akhirat lebih utama, dunia lalu kita biarkan compang-camping dan Peradaban Islam tak bisa menampakkan sinar emasnya.*