Home Kisah Kenangan Indah yang Menginspirasi
Kenangan Indah yang Menginspirasi

Kenangan Indah yang Menginspirasi

by Imam Nawawi

Kali ini kita bicara tentang kenangan. Kenangan indah yang menginspirasi dari perjalanan hidup kolega saya yang kini berdedikasi di Ternate, Maluku Utara.

Usai membaca artikel saya tentang “12 Tahun Mavi Marmara Penuh Perjuangan” ia menyampaikan kenangan indah bersama sang wartawan yang kena tembak tentara Israel, Surya Fachrizal.

“Teringat kembali sahabat senior, Bang Surya Fachrizal berangkat ke Turki-Palestina kala itu. Dengan motor trail andalannya ia biasa datang dari Bogor-Jakarta liputan dan tugas lainnya,” ucapnya melalui pesan media sosial.

Baca Juga: Hadirkan Kecerdasan Ekstra

Ia melanjutkan kenangannya itu.

“Kenangan indah juga sempat beberapa kali terlibat dalam liputan bersama Bang Surya. Seperti ke Gedung Mahkamah Konstitusi. Bahkan pernah saya terjebak meliput sendiri. Sungguh perjalanan indah, mencicipi pengalaman sebagai jurnalis,” tuturnya sumringah.

Buah Hari Ini

Sebagai sahabat, saya tidak suka menyanjung tanpa memberi dampak kesadaran untuk bergerak.

Saya pun dengan santai bertanya. “Apakah kenangan indah itu berbuah hari ini?”

Ia tersenyum dan menyertakan emoticon tutup mulut, yang maksudnya tak mampu berkata-kata.

Saya pun menyampaikan, “Keindahan masa lalu yang jadi inspirasi harusnya terus berbuah sampai hari ini.”

Maksudnya ialah tradisi menulis, walau tak lagi jadi seorang jurnalis harus terus hidup, dikuatkan dan ditularkan kepada yang lain.

Sebab pada era digital seperti ini, generasi muda Islam sudah sewajarnya mengisi internet dengan narasi dan literasi yang unggul. Kalau tidak, maka internet hanya berisi konten-konten yang tidak mendidik.

Dan, kala itu terjadi, bukan salah internet. Tetapi salah umat Islam sendiri, kaum muda utamanya. Bahasa anak-anak Jakarta, “Ngapain aja loh!”

Kembangkan dan Gerakkan

Kenangan sejatinya nama lain dari sejarah. Ia akan selalu hidup. Tetapi sayang kalau keindahan kenangan atau sejarah hanya jadi nostalgia. Sebaiknya itu kita arahkan lebih baik, kembangkan dan gerakkan.

Kalau kita lihat soal tantangan menulis hari ini, itu hanya akan hidup dan terus menggerakkan kalau kita pelajari bagaimana ulama dan pejuang pena dahulu menulis.

Buya Hamka misalnya, beliau terus mengisi kehidupannya dengan menulis.

Sejarah Buya Hamka adalah sejarah indah. Tetapi tidak berarti itu hanya jadi kenangan. Harus jadi spirit perjuangan dan kenyataan hari ini.

Baca Lagi: Masa Muda Harus Berprestasi

Jadi, andai kata hari ini kita masih gelisah, tidak tahu arah, coba ingat-ingat kenangan indah kala masih SMA, masih kuliah, atau masih jomblo.

Coba ingat dan jadikan bahan bakar agar ada energi bergerak menenun masa depan gemilang untuk ke depan. Perjuangkan dan biarkan itu jadi inspirasi generasi muda mendatang.

Kata Ustadz Abdullah Said kita hidup ini jangan hanya bisa kagum pada sejarah. Kita harus juga berjuang membuat sejarah.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment