Home Kajian Utama Kekuatan Sejati Umat

Kekuatan Sejati Umat

by Imam Nawawi

Kekuatan sejati umat Islam bukan pada jumlah manusianya, apalagi senjata dan harta benda. Tetapi pada bersatunya hati. Itulah kekuatan sejati umat.

Kejayaan Islam hanya akan dapat kita raih manakala ada yang namanya kesatuan hati dan kejernihan jiwa.

Alquran memberikan takrif bahwa umat Islam terhadap sesama harus bersikap lemah lembut. Kemudian bersikap tegas terhadap orang-orang kafir (Lihat Surah Al-Maidah: 54).

Jadi, sikap orang beriman jelas, mengacu pada aturan Alquran. Ibadah, kebaikan dan segala amal sholeh harus dibalut oleh sikap ramah terhadap saudara seiman.

Baca Juga: 3 Sebab Hati Gelisah

Allah menegaskan kembali akan pentingnya sikap ramah antara sesama orang beriman dalam Surah Al-Fath: 29.

Kondisi Hati

Lalu bagaimana hati yang siap ramah dan lemah lembut kepada saudara seiman?

Menurut Ali Ad-Dihami: “Al-Hatstsu ‘Ala Salamatish-Shadri” untuk bisa bersikap ramah dan lemah lembut kepada saudara seiman hati harus dalam kondisi terbaik.

Kondisi itu adalah bersih dari syirik, dengki, dendam, kikir, sombong, cinta dunia dan cinta jabatan.

Ad-Dihami selanjutnya menukil pendapat Ibn Taimiyah.

“Hati yang bersih lagi terpuji adalah hati yang menghendaki kebaikan bukan keburukan, lebih dari itu ia mengetahui antara yang baik dan buruk. Adapun orang yang tidak mengetahui hal yang buruk, berarti hatinya belum bersih dan belum terpuji.”

Dan, kalau kita mengacu pada hadits Nabi SAW, maka kita akan dapati bahwa hanya Islam yang menjadikan hati kita bisa saling memahami, mencintai dan bersatu atas dasar iman-takwa.

“Wahai orang-orang Anshar sekalian, bukankah aku mendapati kalian dalam kesesatan, lalu Allah memberi kalian hidayah melalui perantaraanku, dan dulunya kalian bercerai-berai, lalu dengan perantaraanku Allah menyatukan kalian.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Keberuntungan

Sebagai Muslim tentu kita tidak merujuk kecuali pada tuntunan Alquran.

Alquran menerangkan bahwa orang yang beruntung adalah yang mensucikan jiwa.

“Sungguh beruntung orang yang mensucikan (jiwa itu).” (QS. Asy-Syam:9).

Qatadah mengatakan bahwa ayat itu mendorong umat Islam agar gemar beramal. Dengan amal itulah seorang Muslim membersihkan jiwa (hati).

Lebih lanjut Qatadah mengimbuhkan, “Beruntunglah orang yang mensucikan dirinya sehingga dia memperbaiki dirinya dan mengarahkannya untuk taat kepada Allah. Dan, rugilah orang yang merusakkan dirinya dan mengarahkannya untuk maksiat kepada Allah.”

Ketika seorang Muslim sampai pada keberuntungan, maka ia akan mampu bersikap adil.

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang adil.” (QS. Al-Maidah: 42).

Baca Lagi: Membuang Ragu dalam Hati

Orang yang demikian itulah yang mampu menyeru pada kebenaran, amar ma’ruf nahi munkar, bertakwa kepada Allah dan melancarkan silaturrahmi.

Semoga Allah Ta’ala membentengi persaudaraan dan persatuan di antara kita semua. Sungguh nikmat persatuan adalah nikmat yang amat besar, yang harus kita syukuri dengan merawat dan mengisbatkanya selalu.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment