Home Artikel Kekuatan Aksi
Kekuatan Aksi

Kekuatan Aksi

by Mas Imam

Era sekarang rasanya sulit menemukan orang yang tidak memiliki pengetahuan. Terlebih kalau melihat kegemaran generasi muda yang akrab dengan internet dan media sosial. Tetapi mengapa pengetahuan tidak melahirkan aksi dalam kehidupan, di sini perlu kita temukan jawabannya.

Pagi hari saya membaca buku Mark Manson, “Sebuah Seni untuk BErsikap Bodo Amat Pendekatan yang Waras Demi Menjalani Hidup yang Baik.” Di dalamnya di uraikan kisah seorang penulis novel produktif yang telah menulis lebih dari 70 novel.

Seseorang bertanya kepada penulis novel itu, bagaimana bisa konsisten menulis dan tetap terinspirasi serta termotivasi.

Penulis itu menjawab, “Dua ratus kata yang kacau parah setiap hari, cuma itu.”

Baca Juga: Siapa Membaca Dia Menguasai

Artinya penulis novel itu akan terus menulis walau 200 kata yang telah ia susun ia anggap kacau dan buruk sekalipun. Dari situ ia justru akan menemukan inspirasi untuk menulis.

Jadi dalam hidup ini sebaiknya segera melakukan aksi terhadap apa yang kita ketahui baik dan benar dalam ajaran Islam.

Soal ingin bisa menulis misalnya, jika seseorang berhenti bagaimana memulainya dan tidak mulai-mulai, maka ia seperti orang di tepi kolam renang, kala ia tidak menceburkan diri, sepanjang itu ia tidak akan bisa berenang, walaupun begitu banyak teori ia pahami.

Tajamkan Pemikiran

Dalam buku The New Think and Grow Rich, terbitan Napoleon Hil Foundation disebutkan bahwa sejatinya “pemikiran adalah segalanya.”

“Pemikiran adalah sesuatu yang sangat kuat, ketika bercampur dengan kejelasan tujuan, kegigihan dan sebuah keinginan membaca untuk diterjemahkan menjadi kekayaan atau benda-benda lainnya.”

Seringkali untuk segera melakukan aksi, orang memiliki keragu-raguan yang begitu kuat, sehingga alih-alih melangkah, di dalam hatinya masih berjibaku, adu kuat pertanyaan, bisa, tidak, bisa, tidak.  Akhirnya berujung kegagalan.

Padahal di sisi lain jamak kita pahami, bahwa tidak ada keberhasilan yang tidak menghadapi kegagalan dan kekalahan di dalam proses perjalanan. Orang yang akan benar-benar gagal ia memilih berhenti.

Jadi, jangan pernah berhenti dalam konsistensi pada kebaikan dapat menjadikan diri bermanfaat dan berprestasi dalam kebaikan. Begitu seseorang berhenti, maka ketajaman berpikirnya pun menjadi tumpul, sehingga tidak ada lagi yang bisa dia ucapkan selain keluhan dan ketakutan serta keragu-raguan.

Bagaimana Kita Tidak Beraksi?

Seorang Muslim tentu tidak sama dengan orang yang di luar Islam. Ketika semua jalan terasa buntu dan keadaan seakan menghimpit, dengan mengingat Allah Maha Kuasa, Allah Maha Besar, maka ia akan segera pulih dan akan semakin kuat menghadapi keadaan itu.

Sangatlah lucu jika ada seorang Muslim, terlebih kala dia seorang pemuda namun hatinya selalu berisi kelemahan-kelemahan. Bukankah Allah Tuhan yang Maha Besar.

Harusnya itu menguatkan motivasi dan mendongkrak aksi untuk bertindak dalam kebaikan secara giat, tekun dan konsisten.

Menguatnya motivasi akan mendorong seseorang optimis mewujudkan cita-citanya. Sungguh dzikir (ingat) kepada Allah bukan saja menenangkan hati, tetapi juga mendongkrak motivasi dan aksi dalam diri untuk tiada henti dalam kebaikan demi kebaikan.

Baca Lagi: Menang itu Butuh Kesiapan

Seperti para ulama terdahulu, dalam keterbatasan alat tulis menulis, mereka mampu menuls kitab dalam jumlah yang tidak sedikit. Dan tentu saja semua berkualitas besar bagi kebermanfaatan umat Islam melangkah dalam kehidupan dari masa ke masa.

Jadi, segera ambil tindakan, ambil aksi. Jadikan iman dan pikiran yang baik dalam hati mewujud dalam karya kebaikan yang bisa kita hadirkan di dalam kehidupan ini.

“Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah: 105).*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment