Jarum jam berputar ke angka 10 pagi, saya masih menyisir bagian rak buku yang agak sulit kujangkau. Kuambil sebuah buku, judulnya, “Einstein” karya Walter Isaacson. Isaacson adalah penulis best seller biografi Steve Jobs. Pada bab akhir, termaktub lah pandangan seorang Einstein mengenai kehidupan dunia ini.
Pada bab awal kutemukan Einstein adalah orang yang menolak dogma (gereja). Sejak ia mengenal berpikir hingga meninggal dunia, tak lagi sudi ia melakukan ritual-ritual Yahudi atau agama tradisional lainnya. Seperti air yang tak akan pernah bersatu dengan minyak.
Baca Juga: Teknologi dan Ibadah
Dalam kata yang lain, Einstein memang murni rasionalis. Dan, tentu saja pandangannya terhadap kehidupan dunia juga tidak akan lepas dari paradigma rasio yang begitu kental dalam dirinya.
Meski begitu Einstein mengatakan, “Saya orang tidak beragama yang sangat religus.” Kemudian ia berkata, “Ini adalh jenis agama baru.”
Begitulah ketika manusia sampai pada kepercayaan ultimate terhadap apa yang membuatnya terpesona. Pikiran dalam hal tertentu memang sangat luar biasa. Meski kita paham, pikiran adalah pemberian, bukan pencipta apalagi pemilik kekuatan sejati.
Singkat
“Hidup ini singkat, seperti bertamu sebentar di rumah yang aneh,” kata Einstein saat berdiri di samping kuburan fisikawan Rudolf Ladenberg.
“Jalan yang harus ditempuh remang-remang di bawah kesadaran yang berkelap-kelip,” imbuhnya.
Kepada Sang Ibu Suri Belgia, Einstein menulis, “Anehnya, ketika bertambah tua, kemampuan kita mengenali situasi di sekitar kita perlahan menghilang.”
Einstein akhirnya meninggal dunia pada usia 76 tahun.
Kata-kata Einstein yang sangat penting dalam menjalani kehidupan dunia ini adalah pesannya kepada sang putra, Eduard, pada 5 Februari 1930.
Einstein menjelaskan, “Hidup itu seperti mengendarai sepeda. Agar tetap seimbang, kau harus tetap bergerak.”
Fana
Membaca secuil pikiran Einstein kita menemukan fakta penting bahwa dunia, sebagaimana Alquran tegaskan, memang fana, sangat sementara, bahkan sebentar sekali.
Baca Lagi: Memaslahatkan Teknologi AI
Coba perhatikan, ketika usia Anda sekarang 50 tahun, apakah Anda merasa hidup Anda lama?
Semua dalam kehidupan dunia ini berjalan seperti biasa, tapi begitu cepat berlalu, sebentar, fana.
Oleh karena itu beruntunglah saat hidayah ada dalam dada kita, karena dengan itu kita bisa memaknai kehidupan fana ini sebagai bekal menuju kehidupan abadi. Iman dan amal sholeh adalah kunci.*