Kehendak baik, menjadi ulasan kali ini karena ini dasar dari semua situasi dan kondisi kita menjadi tidak buruk. Orang yang sudah berumur, tetapi tidak bisa membaca Alquran, itu bukan karena dia tidak pintar. Dia hanya tidak punya kehendak bisa membaca Alquran. Jadi, kalau ke depan kita ingin sesuatu, hadirkanlah kehendak baik.
Semua kebaikan masa yang akan datang memerlukan kehendak baik dari sekarang. Sebab kehendak adalah langkah awal untuk maju, berbenah dan berubah. Saat seorang anak ingin menguasai bahasa Arab, ia harus mulai mengenal huruf-huruf hijaiyah. Kemudian masuk jenis-jenis “kata” seperti isim, fi’il, huruf, dan lain sebagainya. Sejauh kehendaknya kuat, penguasaan bahasa Arab akan jadi kenyataan. Jadi nama lain kehendak baik adalah lakukanlah kebaikan.
Membangun Indonesia
Kehendak baik yang sekarang sangat kita butuhkan adalah tentang membangun Indonesia. Apakah harus menjadi presiden baru boleh berpikir mendirikan Indonesia lebih baik? Siapa yang mengharuskan, UU mana yang membatasi? Karena Indonesia adalah milik kita bersama, membangun Indonesia bisa kita mulai dengan mewujudkan kehendak baik kita dengan segera.
Baca Juga: Problem Pembangunan Indonesia
Sampailah kita pada satu pertanyaan, dari mana memulai membangun Indonesia? Tentu saja dari manusianya. Manusia seperti apa yang harus kita hadirkan untuk Indonesia? Simpelnya yang bertuhan sesuai sila pertama Pancasila. Dalam Islam secara spesifik manusia yang punya iman dan mau menjadi orang yang bertakwa.
Dalam Alquran ada ayat (ayat ke-96 Surah Al-A’raf) yang menegaskan bahwa kalau penduduk suatu bangsa beriman dan bertakwa, maka Allah akan membuka barokah dari langit dan bumi. Syarat iman dan takwa harusnya menjadi jiwa dalam pendidikan anak bangsa, karena dengan begitu barulah Allah akan membuka pintu-pintu barokah.
Sekarang kita lihat, apakah dunia pendidikan sedang baik-baik saja?
Masih ingat bagaimana orang sekolah sampai doktor dan jadi profesor ada “mafia” yang bekerja secara rapi?
Kalau fakta itu kita tarik dalam situasi politik belakangan, maka kita bisa menemukan kesimpulan, bahwa kita benar-benar butuh kembali menata model pembangunan negara kita Indonesia. Bukan sebatas fisik, tetapi juga jiwa manusianya itu sendiri. Kunci paling dasar ada pada kehendak baik.
Aturan
Kita semua memahami segala sesuatu memiliki aturan. Orang ingin pintar, aturannya jelas, tekun belajar. Ketika kita ingin menjadi pemimpin, regulasinya sudah pasti, belajar kepekaan, tanggung jawab dan komunikasi yang baik. Semua rule itu tidak cukup kita pahami, tapi harus memunculkan kehendak untuk kita jalankan dengan baik. Seperti orang dalam lalu lintas, jika dia tidak mengikuti aturan, hambatan akan datang justru karena kehendak baiknya yang tidak ada.
Indonesia pun akan sama, negeri ini selamanya akan terus jadi bancakan kepentingan global kalau penduduknya tidak tahu (apalagi tidak mau tahu), tidak sadar dan tidak punya kehendak untuk mengubah. Memilih calon pemimpin daerah dan nasional hanya karena uang, misalnya. Mengiyakan begitu saja perilaku kecurangan dan keburukan yang terang-terangan, permisalan yang lain. Semua itu akan membuat negara kita punya pemimpin yang tidak tahu jalan. Jadi, kalau kita ingin Indonesia lebih baik, saatnya kita berkehendak untuk mengubah dari sekarang, kita mulai dari diri sendiri terus menghadirkan kehendak-kehendak baik.*