Home Kajian Utama Kedahsyatan Al-Kahfi dari Sistematika Hingga Pesan Utama di Ayat Terakhir
Kedahsyatan Al-Kahfi dari Sistematika Hingga Pesan Utama di Ayat Terakhir

Kedahsyatan Al-Kahfi dari Sistematika Hingga Pesan Utama di Ayat Terakhir

by Imam Nawawi

Hati ini Selasa (17/10/23) pagi rasanya saya begitu bahagia. Mengikuti kajian Madrasah Murabbi se-Indonesia gawean dari Dewan Murabbi Pusat Hidayatullah secara online dengan narasumber Ustadz Anwari Hambali rasanya begitu spesial. Kebahagiaan itu semakin bertambah-tambah saat Ustadz Baharuddin Musaddad menerangkan kehebatan sistematika dalam Surah Al-Kahfi dan kandungan dalam ayat terakhir.

“Hikmah dari ayat ke-110, Al-Kahfi kita dapat melihat kedahsyatan Allah menyusun surah ke-18 Alquran itu. Ayat terakhir, ayat pertama Al-Kahfi sama-sama menjelaskan kedudukan Alquran sebagai wahyu, pedoman hidup yang harus kita pegang teguh. Bahkan pertengahan Al-Kahfi juga perintah membaca Alquran.,” tutur Ustadz Baharuddin Musaddad.

Dalam kata yang lain, Surah Al-Kahfi yang umat Islam baca setiap malam atau hari Jumat, benar-benar mendorong kita semua untuk dekat, paham dan berpedoman kepada Alquran.

Karena Alquran itu lurus, benar, tidak ada kesalahan, apalagi kebengkokan. Dan, pasti beruntung orang yang menjadikan Alquran sebagai panduan dalam menjalani kehidupan ini (QS. 18: 1).

Alquran adalah kalamullah yang Allah wahyukan kepada manusia seperti kita, bernama Muhammad. Jika benar Alquran jadi panduan hidup, maka akan ada rindu bertemu Allah.

Baca Juga: Kejahilan Salwan Momika Tidak Mengurangi Kemuliaan Alquran

Dan, karena itu semangat melakukan amal sholeh dan menjauhi kemusyrikan akan menjadi karakter utama dalam hidup seorang insan beriman.

Manusia

Manusia, dalam penerangan Ustadz Anwari Hambali, Allah ciptakan dari saripati tanah. Kemudian keturunan Nabi Adam, Allah ciptakan dari air yang hina. Itu semua karena memang Allah sebaik-baik pencipta.

Namun, setelah menerangkan perihal bahan baku manusia, kemudian Allah meniupkan ruh, sehingga manusia bisa memiliki penglihatan, pendengaran dan hati (QS. 32: 6-9).

Jadi manusia itu adalah makhluk Allah yang sempurna, ada unsur badaniah dan unsur ruhiyah.

Unsur jasadiah manusia mencintai yang namanya syahwat; kepada perempuan, anak-anak, perhiasan, kendaraan, kebun dan lain sebagainya.

Sedangkan unsur ruhiyah manusia itu rindu bertemu Allah, karenanya ruh yang mendapatkan nutrisi yang cukup akan senang beramal sholeh dan menjauhi kemusyrikan.

Nah, jika kita hubungkan dengan ayat 110 Surah Al-Kahfi, Ustadz Anwari Hambali mengatakan, “Berarti kita harus memberi makan ruh kita dengan baik agar kerinduan kepada Allah menjadi fungsional. Amal sholeh dan menjauhi kemusyrikan adalah makanan dari ruh kita”.

Bukan Binatang

Lebih jauh Ustadz Anwari Hambali menegaskan bahwa manusia bukan binatang. Berbeda dengan pandangan para saintis Barat yang menganggap manusia layaknya binatang. Mulai dari binatang ekonomi, hingga binatang politik.

Manusia menjadi sama dengan binatang, kata Ustadz Anwari Hambali, “Hanya kalau manusia mendidik anak-anaknya menekuni urusan duniawi agar mandiri. Begitu mandiri kemudian dilepas, maka manusia level ini hidupnya sama dengan binatang”.

“Manusia yang ruhnya fungsional, tidak akan semata memberikan bekal agar anak bisa hidup mandiri dengan kekuatan ekonomi belaka, tetapi juga mendorong mereka kuat imannya, bagus amal sholehnya, sehingga ruhnya fungsional dalam hal rindu kepada Allah”.

Baca Lagi: Virus Penalaran

Jadi, dari kajian Al-Kahfi itu kita dapat memahami bahwa sebagai manusia kita akan benar-benar jadi manusia kalau pedoman hidupnya Alquran. Dan, dalam hal rumah tangga, kita tidak saja membuat anak cakap bekerja, tetapi juga selamat dari api neraka.*

Mas Imam Nawawi

 

 

 

Related Posts

Leave a Comment