Home Kisah Kebersamaan dan Keteduhan Masjid Nurul Islam di Samosir
Kebersamaan dan Keteduhan Masjid Nurul Islam di Samosir

Kebersamaan dan Keteduhan Masjid Nurul Islam di Samosir

by Imam Nawawi

Begitu memasuki Pulau Samosir melalui jembatan Tano Ponggol, suasana teduh menyergap kesadaranku. Ada beberapa alasan mengapa keteduhan dan kebersamaan terasa begitu hangat. Pertama, karena ada Masjid Nurul Islam. Kedua, nuansa toleransi beragama yang nyata tersaji. Ketiga, kombinasi langit, gunung dan danau menjadi hal yang mahal untuk kita perhatikan.

Masjid Nurul Islam telah lama berdiri. Dan, kembali diresmikan usai renovasi oleh Bupati Samosir, Vandiko T. Gultom pada 19 Desember 2023.

Lokasi

Masjid Nurul Islam berada di Desa Tambun Sukkean, Kecamatan Onan Runggu, itu benar-benar menarik perhatian siapapun yang ke Pulau Samosir, terutama yang melaluinya melalui jalur kapal. Hal ini karena letak Masjid Nurul Islam tepat di tepian Danau Toba.

Baca Juga: Sejarah Tulisan

Dengan konstruksi bangunan yang kian kekinian, menjadikan Masjid Nurul Islam menarik hati siapapun untuk melihatnya. Bahasa anak sekarang, Masjid Nurul Islam ini benar-benar instagramable.

Menurut catatan media, masid ini dahulu dibangun oleh tetua setempat, yaitu Tumbur Samosir. Lalu bersama keluarga Masjid Nurul Islam terus dikembangkan.

Dan, beberapa dai Hidayatullah Sumatera Utara tampak memiliki referensi yang sama, bahwa Masjid Nurul Islam memang dibangun oleh warga asli Pulau Samosir.

Silaturrahmi

Masjid Nurul Islam Pulau Samosir pada akhirnya juga menjadi tempat silaturrahmi, termasuk oleh gabungan dai Hidayatullah se-Sumatera Utara.

Nyaris semua dai yang baru pertama kali menginjakkan kaki di masjid ini langsung berucap: “Subhanallah.” Pemandangan indah memang jadi alasan paling utama. Terlebih sore hari, barisan gunung di seberang Masjid Nurul Islam, cahaya matahari yang memandikan gunung dan danau benar-benar memukau.

Jadi, silaturrahmi di Masjid Nurul Islam di Pulau Samosir tidak saja mendapatkan keindahan alam yang Allah suguhkan. Tetapi juga memudahkan hati untuk tunduk dan patuh kepada-Nya.

Mengaktualisasikan Kemerdekaan

Silaturrahmi dai Sumatera Utara kali ini memanfaatkan dua momentum besar bagi bangsa Indonesia. Pertama adalah nuansa tahun baru Islam, yang kini masuk ke 1446 H. Kedua, memasuki bulan kemerdekaan, yang kini Indonesia berusia 79 tahun.

Baca Lagi: Menghidupkan Spirit Pelaku Sejarah

Indonesia memang tidak bisa lepas dari nilai-nilai dan spirit kebangsaan dan keislaman. Dan, Hidayatullah Sumatera Utara juga ingin berperan kontributif terhadap fakta, nafas dan karakter anak bangsa ini.

Jadi, momentum kemerdekaan dan hijrah menjadi peluang untuk terus menguatkan semangat dakwah yang berkontribusi terhadap pembangunan bangsa dan negara dengan kapasitas dan kapabilitas yang telah dan tengah dimiliki.

Dai secara fungsi dan manfaat memang dapat berperan langsung terhadap kebutuhan negara secara substansial, terutama upaya mencerdaskan bangsa. Karena dakwah itu artinya mengajak, memanggil, siapapun yang ingin melihat cahaya berupa keindahan ajaran Islam.

Dalam kata yang lain, jika dakwah berkibar, maka kebaikan cahaya Islam akan menjadi inspirasi semua pihak untuk tulus dalam bergerak, menghadirkan kebaikan demi kebaikan.

Dan, mengapa itu semua harus berhimpun di Pulau Samosir, tentu saja kita ingin menampakkan bahwa dakwah dan kemerdekaan adalah nafas terbaik untuk mendorong kehidupan yang bersatu, tolerans, dan progresif dalam kebaikan dan kemajuan.

Kata Ketua Dewan Pengurus Wilayah Hidayatullah Sumatera Utara, Ust. Subur Pramudya kita harus benar-benar merdeka dari jajahan hawa nafsu.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment