Home Kisah Ke Bandung Kuatkan Kaum Muda Terangi Negeri

Ke Bandung Kuatkan Kaum Muda Terangi Negeri

by Mas Imam

Pagi masih begitu sunyi, saya dan teman-teman melangkah menyusuri bumi yang belum disapa mentari. Ke Bandung itulah tujuan kami, menemui sekelompok anak muda yang kita harap bisa terangi negeri.

Setelah menempuh perjalanan 2 jam lamanya, mobil yang kami tumpangi tiba di pagi hari, tepat pukul 6 pagi.

Nuansa masih sunyi hanya terlihat beberapa santri membersihkan sudut-sudut Pesantren Hidayatullah Cimuncang, Padasuka, Kabupaten Bandung.

Alhamdulillah suatu nikmat di tengah pandemi bisa silaturahmi. Tidak lama sahabat saya Bang J – begitu memang biasa saya sapa – dan juga Bang Bustan datang menghampiri.

Baca Juga: Seminar Muharram

Keduanya juga datang pagi hari dari Kabupaten Bandung tepatnya di Soreang. Kami pun bercengkrama, sembari menikmati kue, lalu sarapan dan segera ke tempat acara pembinaan.

Saya lihat 20 mahasiswa telah duduk rapi menghadap kiblat siap untuk mengikuti program pembinaan Pemuda Hidayatullah dalam rangka kuatkan komitmen ikut serta terangi negeri.

Tradisi Berpikir

Untuk bisa menerangi maka kita harus memiliki cahaya. Dan Islam dengan Alquran dan hadis adalah cahaya itu sendiri. Karena itu satu perintah yang sangat ditekankan oleh Alquran adalah berpikir.

Berpikir artinya menggunakan akal untuk melihat segala hal dengan kaidah keimanan, logika dan maslahat.

Sayangnya perkara ini belum banyak dipahami termasuk oleh sebagian besar kaum muda. Maka dalam kesempatan tersebut saya berikan penguatan tentang tingkatan berpikir yang setidaknya ada 5.

Pertama, berpikir teknis. Ini adalah satu aktivitas akal yang berguna untuk memecahkan persoalan-persoalan biasa dalam keseharian. Misalnya Doni selesai mencuci baju. Maka dia akan menjemur pakaian itu. Begitu awan mendung dan hujan turun Doni segera mengamankan jemurannya. Itu adalah contoh berpikir teknis.

Kedua, berpikir akademik. Ini adalah kemampuan manusia menggunakan akal untuk melihat hubungan sebab dan akibat.

Ringkasnya kita bisa lihat hal ini pada riset yang dilakukan oleh mahasiswa, baik ketika menyusun skripsi, tesis hingga disertasi.

Ketiga, berpikir distantif. Ini sama dengan berpikir out of the box. Yakni dengan cara mengambil jarak dari realitas bahkan teori yang berkembang untuk menemukan satu model pendekatan yang lebih tepat dan applicable dalam kehidupan.

Keempat, berpikir reflektif. Ini adalah menggunakan akal untuk menemukan an-nisa mendasar sekaligus fungsional dari segala sisi kehidupan yang mengitari kehidupan manusia.

Kelima, berfikir abstraktif. Ini adalah menggunakan akal dalam menjelaskan dan memahami sesuatu dengan bahasa yang memungkinkan semua orang terdorong untuk berpikir lebih jauh dan mendalam.

Pengalaman Perdana

Hampir dari semua peserta mengaku baru mengetahui akan tingkatan berpikir di atas. Hal ini mendorong mereka untuk lebih antusias lagi di dalam membangun budaya belajar.

Kita ketahui bahwa bangsa kita adalah bangsa yang belum seutuhnya dan sepenuhnya mengajarkan generasi mudanya tentang perlunya berpikir.

Sempat suatu waktu Rocky Gerung mengatakan bahwa ijazah yang diperoleh dari sekolah ataupun kuliah hanyalah bukti seseorang yang pernah belajar atau pernah sekolah bukan berarti ia pernah berpikir.

Allah subhanahu wa ta’ala menghendaki setiap umat Islam aktif membaca, gemar memperhatikan, dan antusias mencermati segala sesuatu.

Baca Lagi: Berpikir Sekaligus Bertindak

Dengan cara itu zikir yang dilakukan dapat dipadukan dengan kekuatan akal sehingga dia dapat menemukan kebesaran Allah subhanahu wa ta’ala di dalam kehidupan.

Manusia yang seperti itu disebut sebagai Ulul albab. Dan kaum muda yang memiliki karakter Ulil albab inilah yang nantinya dapat menjadi lentera kehidupan dan mampu terangi negeri dengan ilmu, iman dan amal.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment