Sore kemarin (19/5/23) usai melakukan pengiriman bantuan ke Rumah Quran Darussalam Meruya, Jakarta Barat, saya dengan dua teman singgah membeli buku. Tentang kata-kata yang ternyata memiliki kekuatan luar biasa.
Judulnya “The Dignity of Words” (Martabat Kata-Kata) Memahami Manusia Melalui Kata-katanya. Penulis buku itu adalah Ki Ju Lee.
Berangkat dari sebuah pengalaman hari akhir sang kakek menjelang meninggal dunia, Lee tertarik dengan kekuatan kata-kata.
Baca Juga: Mengapa Orang Berkata Buruk?
Ia mengatakan, “Kata-kata yang kita lontarkan dengan spontan mengandung martabat.”
Artinya martabat seseorang dapat kita lihat dari kata-katanya, terutama yang spontan terlempar dari lisannya.
Lee melanjutkan, “Tak ada gunanya menutupinya dengan pilihan kata yang indah atau cara berbicara terkesan intelektual. Identitas kita, ciri khas kita ditentukan oleh cara kita berbicara dan kata-kata yang kita lontarkan.”
Penjelasan Lee itu sangat tajam. Seperti pisau, itu akan mengiris-iris kesadaran para pelontar kata-kata rusuh.
Lempar Kata Datang Tagihan
Para politisi adalah sosok yang biasanya akan banyak kata-kata. Apalagi kalau musim kampanye segera tiba.
Namun, semakin banyak politisi melempar kata dalam bentuk janji. Semakin hari ia akan semakin dapat kunjungan tagihan.
Jangan heran kalau netizen belakangan ini menjadi sangat peka soal kata-kata.
Jika netizen mendapati sosok orang yang kata-katanya bagus hari ini, tetapi itu tidak terkonfirmasi pada masa lalu, orang akan menilai, orang itu NATO (No Action Talk Only).
Sebaliknya jika ada tokoh yang kata-kata dan perbuatannya tegak lurus, maka netizen atau publik akan mempercayainya.
Tokoh itu tak perlu main politik uang. Sebab kata-katanya sudah bertenaga. Bukan karena pilihan diksi, tapi karena pembuktian yang ia perjuangkan.
Berkata Baik
Tetapi yang potensial banyak lempar kata bukan saja politisi. Pria pun sama, punya kesempatan melempar banyak kata, apalagi kala jatuh cinta.
Akan tetapi karena dunia adalah tempat ujian, maka setiap orang akan teruji integritasnya melalui kata-katanya sendiri.
Baca Lagi: Jadi Suami Jangan Seenaknya Saja
Oleh karena itu, Rasulullah SAW memberikan panduan tegas dan jelas. “Hendaklah seseorang berkata baik atau diam.”
Berkata baik akan menjamin keselamatan diri kita, tidak saja di dunia, tetapi jgua di akhriat.
Sebaliknya, berkata tidak baik akan mengundang bencana yang tidak ringan, saat ini maupun pada masa mendatang.
Jika ingin selamat, maka diamlah. Atau berkatalah yang baik.
Coba searching di Google, betapa orang menyesal karena kata-kata yang telah diucapkannya.
Dan, betapa tidak sedikit orang bertengkar sampai ke ranah hukum karena kata-kata yang satu melukai yang lain.
Lee pun memberikan satu nasihat penting bagi kita.
“Terkadang kita perlu meletakkan tangan di dada dan merenung, apakah kata-kata, tulisan, serta embusan napas kita baik.
Apakah kita bisa membedakan antara kejujuran dengan sindiran. Apakah kita menggunakan kata-kata dengan kasar dan tajam.”
Mungkin kita bisa memulai sekarang. Bicara yang baik atau diam.
Memang tidak mudah, tapi saatnya kita sadar, bahwa ini harus kita latih sekarang juga.
Sebab kata-kata adalah kekuatan luar biasa, bisa maslahat hasilnya atau mafsadat akhirnya, kala diri tak mampu mengendalikannya.*