Kasih sayang Allah, tunak akan terasa dan membahagiakan bagi siapapun yang mau memahami. Ialah yang senang untuk Iqra. Lengkap, Iqra Bismirabbik.
Iqra’ Bismirabbik bahkan akan membuat hati manusia insaf akan hakikat sesuatu, yang merupakan karunia besar dalam kehidupan ini.
Imam Syafi’i mengatakan, “Waktu seperti pedang.”
Kalimat itu tentu saja bukan karena utak-atik diksi dan rasio. Tetapi lebih karena memang benar-benar memahami sebagai buah dari iqra. Lengkapnya Iqra Bismirabbik. Bacalah dengan nama Tuhanmu (Allah).
Bahwa betapa manusia akan berjaya atau merana bisa kita lihat dari cara ia menggunakan waktu.
Baca Juga: Berbagi Kemuliaan dengan Ilmu
Orang yang Iqra Bismirabbik akan menjadikan waktu aset utama dalam menghasilkan amal, karya atau legacy terbaik bagi kehidupan.
Tetapi, yang tak mau tahu, ia hanya akan mengisinya dengan keluhan, protes dan ketidakpuasan serta kerusakan yang semakin hari, semakin menggelapkan hati, mematikan akal.
Imam Syafi’i melanjutkan, “Wa Nafsuka in lam Tushhilha bil haqqi, syaghalatka bil bathil..” Bahwa orang yang tak mau menyibukkan diri dalam kebenaran, ia pasti menjadi sibuk dalam kebatilan.
Takwa
Oleh karena itu dalam Ramadhan yang 30 hari itu Allah menargetkan bahwa menahan lapar dan dahaga, serta bangun pada malam hari itu harus melahirkan sikap takwa.
Takwa dalam satu kisah begitu terang maksudnya, yakni berjalan mengisi kehidupan penuh kehati-hatian.
Sebagaimana hati-hatinya orang yang berjalan di ketinggian, kanan kiri jurang, sementara duri terserak dimana-mana.
Ia hati-hati untuk tidak mudah marah. Semangat dalam kebaikan, mudah dan murah dalam memberi maaf. Dan, senang sekali dalam melakukan kebaikan-kebaikan.
Semua ayat takwa yang Allah sertakan rinciannya harus benar-benar jadi prioritas untuk kita pahami dan jadi karakter diri.
Tidak mudah, tetapi setidaknya kita punya patokan, agar tidak keluar jalur kebaikan dan ketakwaan. Sebab, manusia potensial bablas.
Puasa menjadikan kita punya kendali, kontrol, agar tetap bahkan lebih baik dalam takwa.
Output
Pada akhirnya kita harus bicara, apa output takwa itu?
Sebagaimana janji-janji Allah kepada orang bertakwa, bahwa siapapun yang bertakwa akan meraih kebahagiaan, jalan keluar, menang dan beruntung, maka output Ramadhan sebenarnya simpel dan terang, apakah kita semakin yakin kepada Allah.
Baca Lagi: Cinta Bapak Misran Begitu Menggoda
Oleh karena itu ayat juga mengatakan bahwa sebaik-baik bekal adalah takwa, seindah-indah pakaian adalah takwa.
Artinya, ada perubahan cara berpikir, perilaku, sikap bahkan kehidupan secara utuh, diri menjadi konsentrasi bagaimana menghasilkan kebaikan besar bagi sesama.
Seperti apa yang jadi amanah Allah kepada kita semua, berbuat baiklah kepada sesama, sebagaimana Allah berbuat baik kepada diri kita.
Karena kasih sayang Allah tidak boleh hanya jadi monopoli diri ini, tetapi harus juga bisa semua orang pahami, rasakan dan tebarkan. Bukankah media sosial “menghendaki” itu?*