Home Artikel Karakter Orang Bahagia
Karakter Orang Bahagia

Karakter Orang Bahagia

by Imam Nawawi

Karakter orang bahagia adalah judul dari tema buku yang saya baca sore ini. Buku itu karya Al-Azraq Ulluw dengan judul “Kata Mutiara Penggugah Hidup.”

Karena mutiara maka kalimat dalam tema itu langsung pada poin penting yang tidak lain adalah ungkapan dari Sir Henry Wotton (1568-1639).

Baca Juga: Menjauh dari Gaduh

Tentu saja ini lebih sebagai wawasan. Sebab sebagai Muslim kita lebih punya panutan yang lebih mulia, yakni Nabi Muhammad SAW.

Lalu mengapa kita ambil, tidak lain sebagai tambahan wawasan dan tentu saja agar diri semakin yakin bahwa Islam selalu menghendaki kebaikan dan kebahagiaan pada umatnya.

Merdeka

Orang yang bahagia kata Wotton adalah yang merdeka. Persisnya ia mengatakan begini.

“Orang yang benar-benar bahagia adalah orang yang tidak tunduk pada keinginan orang lain.”

Kita lihat dalam sejarah orang seperti itu adalah para Nabi dan Rasul. Mereka orang yang siap berlawanan dengan arus besar masyarakat dan pemimpin yang zalim.

Dalam arti kata yang lain orang yang tidak bahagia adalah yang mengikuti arus umum, walau pun arus itu tidak jelas arah, manfaat dan ujung pangkalnya.

Prinsip Kebaikan

Kemudian Al-Azraq Ulluw melanjutkan kutipan dari Wotton itu.

“Orang yang benar-benar bahagia adalah yang tunduk pada prinsip-prinsip kebaikan dan keutamaan, bukan pada prinsip-prinsip kekuasaan.

Lihatlah bagaimana orang yang berakhir tragis kehidupannya karena terbuai oleh logika kekuasaan yang melegalkan kezaliman dan kebrutalan.

Bukan sekedar pendukungnya, yang didukung pun langsung finish hidupnya dengan cara yang menghinakan. Itulah Fir’aun, raja besar yang mati tenggelam di lautan.

Teguh Pendirian

Karakter orang bahagia berikutnya adalah yang teguh pendirian.

“Ia tidak memberi makan orang yang memujinya, dan tidak pula menghancurkan yang mengkritiknya. Orang semacam ini tidaklah khawatir jika tidak mendapatkan kekuasaan dan jabatan, dan tidak pula takut kehilangannya.”

Demikianlah orang bahagia yang Sir Henry Wotton (1568-1639) jelaskan melalui kata mutiaranya.

Baca Lagi: Memahami Kembali Makna Waktu

Sungguh nurani kita dapat langsung memahami ungkapan-ungkapan tersebut. Walaupun bagi sebagian orang yang telah mabuk dunia, itu tidak lain hanyalah bentuk kalimat ketidakmampuan.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment