Selepas sholat ashar di mushola kecil (10/8/23), saya menghampiri seorang pemuda. Ia bertanya, pilih mana, Mas. Semangat atau galau. Saya jawab langsung, kalau bisa semangat kenapa harus galau.
Ia pun menuturkan beberapa persoalan yang sedang melanda.
“Ya, beginilah sebagai manusia, saya tidak bisa lepas dari galau,” ucapnya.
Saya berikan tanggapan. “Apakah kalau seorang manusia punya iman, ia masih akan mudah galau.”
Baca Juga: Jangan Pernah Sempitkan Dadamu
Mendengar itu ia tersenyum, lalu menggelengkan kepala.
Jaga Iman
Galau mungkin nama lain dari keadaan jiwa dan pikiran yang kacau, bimbang dan merasa serba salah.
Dan, manusia akan mudah galau kalau memang mengalami kekurangan stok iman, sehingga tidak mampu memandang dengan adil.
Masalah berat tak mengundang dirinya bersikap sabar. Nikmat yang besar juga tak mendorong diri bersyukur.
Ketika manusia mampu merawat iman, yang kemudian memandang apapun dengan kacamata iman, maka ia akan jauh dari galau.
Hal itu karena ia punya dua senjata menakjubkan, yaitu sabar dan syukur. Kedua senjata itu hanya muncul kalau iman terawat, terjaga.
Seperti Awan
Dalam tinjauan logika, galau sebenarnya tidak perlu.
Bukankah tidak satupun manusia lahir dan hidup di dunia melainkan bertemu masalah?
Masalah itu adalah jembatan bagi manusia untuk tumbuh dan kuat keimanannya.
Baca Lagi: Islam sebagai Cara Pandang
Andaipun masalah yang datang terasa begitu berat, maka ia akan tetap sebagai masalah, akan segera berlalu.
Persis berlalunya awan yang terus diarak oleh angin. Tak satupun masalah yang sifatnya permanen. Awan mudah datang sekaligus gampang pergi. Begitu pun masalah dalam kehidupan manusia.
Dari awan kita bisa belajar, bahwa apapun yang manusia rasakan hari ini, pasti akan berlalu.
Jadi, jangan kehilangan kesadaran iman. Dari awan pun kita bisa memahami, bahwa angan-angan dalam diri manusia juga cepat hilang.
Dengan demikian, daripada jadi manusia memandang galau lumrah dalam hidup kaum muda. Jauh lebih baik segera memiliki cara pandang yang tepat dalam mendudukkan masalah.
Masalah itu kecil, terasa besar dan berat kalau iman tidak kuat.
Problem itu pasti ada solusinya. Menjadi rumit kalau diri abai dalam merawat dan menjaga iman dengan penuh kesadaran.
Kalaupun benar-benar tidak mampu menghadapi masalah, maka bukan galau solusinya. Tapi sujud, tunduk, pasrah kepada-Nya sembari terus ikhtiar.
Insha Allah galau menghilang. Semangat datang. Hidup pun menjadi kian berkah dan berkembang segala jenis kebaikan dari dalam diri.*