Home Kajian Utama Kafir
kafir

Kafir

by Imam Nawawi

Ketika orang memandang diksi “kafir” sebagai negatif, sebenarnya itu karena nyaris seluruh akalnya bekerja dengan ketidaktahuan (jahiliyah). Tapi sok paham, merasa paling benar dengan cara berpikir yang seakan-akan rasional.

Kafir adalah diksi yang Allah pilih dan tulis dalam Alquran. Artinya, apa maksud kafir, hanya Alquran itu sendiri yang memiliki otoritas mengajarkannya.

Oleh karena itu beberapa ulama terkini di Tanah Air langsung menerangkan bahwa kafir itu bukan tuduhan negatif. Tetapi penjelasan akan cara berpikir orang yang menutup hatinya dari menerima kebenaran Islam.

Baca Juga: Laut dalam Sisi Spiritual

Dan, orang kafir itu bukan hanya menolak dalam kerangka berpikir, tetapi juga hati, sehingga mereka amat membenci Nabi dan Rasul. Sekali lagi karena mereka berdiri di atas kejahiliyahan.

Beriman

Sebaliknya orang beriman adalah yang membuka hati, akal dan jiwanya terhadap nilai-nilai Islam.

Orang beriman itu meyakini hal gaib, mendirikan sholat, dan berbagi dari sebagian rezeki yang mereka peroleh.

Nabi Muhammad SAW sangat senang berbagi kebaikan, meski dengan makanan atau minuman.

Artinya, orang beriman itu hidup bukan karena “kebiasaan alamiah” duniawi ini. Akan tetapi benar-benar bersandar kepada kekuatan Allah Ta’ala.

Lebih jauh, orang beriman itu mengisi hidup dengan panduan kitab suci, terutama Alquran yang menjadi wahyu akhir zaman.

Dan, jika seseorang dengan imannya itu mampu membentuk cara berpikir, perilaku dan kehidupan sehari-hari dengan unsur atau kriteria tersebut, maka orang itu Allah Ta’ala jamin sebagai orang yang beruntung. Bukan yang merugi pada akhirnya.

Jangan Tutup Hati

Sebagai manusia yang telah Allah anugerahi akal untuk aktif membaca, maka kita harus terus membuka hati terhadap kebenaran ajaran Islam.

Baca Lagi: Membangun Kesdaran Quran

Sekali seseorang menutup hatinya dari kebenaran ajaran Islam, maka kecil peluang cahaya Islam menembus dada. Pasalnya, Allah punya kehendak untuk menutup hati orang yang memilih kafir.

Akibatnya mereka tidak dapat memfungsikan hati, pendengaran dan penglihatan untuk melihat kebenaran. Jika itu terjadi, maka ia akan hidup dengan cara berpikir “bebas” yang destruktif.

Akibatnya kelak ia akan menyadari bahwa semua itu hanya mengundang siksa yang besar.

Apalagi kalau sampai masuk tahap mengaku beriman, padahal sebenarnya tidak. Itulah orang-orang yang tertipu oleh tipuan yang dibuatnya sendiri.

Jadi, mari buka hati, terima kebenaran Islam. Dan, jangan sekali-kali memilih kafir, lebih-lebih menempuh jalan-jalan kemunafikan.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment