Pernahkah kita sejenak bertanya, mengapa harus bertemu orang lain dan memahami gagasannya. Saya bersyukur bisa bertemu banyak orang, termasuk para tokoh. Kemarin, saya bertemu Kang Maman. Pertemuan pertama di 2025. Kenapa, itu yang harus kita gali kali ini.
Sebagai manusia yang perlu kehidupan sosial, kita tidak mungkin hidup sendiri. Bayangkan saja ada orang setiap hari berbicara sendiri. Pasti ini mengundang keanehan secara sosial. Lain hal kalau dalam film, orang sedang membaca pikiran sang aktor.
Secara keilmuan, hanya melalui interaksi sosial, manusia bisa saling menumbuhkan kapasitas intelektual bahkan pengalaman. Bahkan boleh jadi akan lahir kolaborasi dan solusi kreatif. Begitulah alasan mengapa saya bertemu Kang Maman.
Seperti kata George Herbert Mead, Sosiolog Amerika,”Melalui interaksi sosial, individu membangun makna dan memahami dunia di sekitarnya.”
Gagasan Tentang Ibu
Bertemu Kang Maman, saya tidak saja menikmati untaian katanya yang lancar dan tertata menusuk kesadaran. Tetapi juga buku. Kemarin (8/1) Kang Maman menghadiahkan satu buku barunya, “…dan janda itu ibuku”.
Saat memasuki halaman ke-57, ada sebuah ingatan moral dari Kang Maman tentang nasihat dari sang ibu.
Baca Juga: Punya Gagasan Jangan Lupa untuk Mengelolanya
“Jangan sampai kalian tumbuh menjadi manusia yang mudah melecehkan sesama.”
Masih ada lanjutan nasihatnya.
“Kalau kamu menghormati sesama, sejatinya kamu sedang menghormati dirimu sendiri, dan lebih dari itu, menghormati penciptanya. Sebaliknya, kalau kamu tidak menghormati sesama, apalagi sampai melontarkan hinaan, sejatinya kamu sedang menghina dirimu sendiri, dan… kamu berani menghina Allah?”
Nasihat yang mengingatkan akan diri kita sebagai manusia secara hakikat. Bahasa Ust. Suharsono, diri kita selaku manusia sebagai noumena, bukan sebatas fenomena.
Strategi Menangkap Gagasan
Bertemu orang lain itu mudah, termasuk para tokoh. Tapi menangkap gagasannya, bukan hanya menangkap senyum kita bersama tokoh untuk dibagi di media sosial, butuh strategi.
Kita harus latihan komunikasi, empati dan sedikit bangunan teori. Langkah itu penting agar kita tidak saja berjumpa, tetapi bisa membangun hubungan yang lebih kuat dan produktif.
Sebagai contoh, ketika saya ingin menggali pemikiran Anies Baswedan secara lebih mendalam, maka saya sampaikan kisah tentang AR Baswedan bersama Agus Salim melakukan kunjungan kenegaraan Indonesia kali pertama ke Timur Tengah, tepatnya Mesir. Beruntung sekali saya telah lama membaca kisah itu dalam buku.
Akhirnya, Anies Baswedan merespon itu. Tentu ia melihat ada poin penting yang harus lebih ditekankan. Kata Anies, kisah delegasi itu ke Mesir luar biasa. Mereka memang datang dengan pakaian sederhana, tetapi orang begitu menghormati mereka. Kenapa?
Karena setiap tokoh yang ada saat itu, memiliki kosa kata bahasa Arab jauh lebih unggul dari penduduk Mesir.
Gagasan Anies semakin jelas, bahwa kita, kaum muda, harus konsentrasi membangun ilmu dalam diri, sekaligus akhlak. Dengan dua hal itulah, kita bisa menjadi bangsa yang dihormati oleh masyarakat dunia. Demikianlah satu upaya agar kita bisa menggali gagasan orang-orang yang kita temui.*