Jumat, 4 Agustus 2023 saya menyimak kajian Jumat yang dituturkan oleh ustadz Syamsul Bahri. Saat itu beliau bercerita perihal ledakan kapal selam Titan yang menjadi “sebab” milioner dunia meninggal dunia.
Sebuah narasi dari kilauan laut yang mencabik Titan berkeping-keping pada 18 Juni 2023 menjadi satu peristiwa besar.
Sebongkah kapal selam milik Ocean Gate itu mengambil korban 5 orang pengusaha dan milioner.
Satu peristiwa yang membawakan pelajaran tajam bagi umat manusia – tentu saja, bagi mereka yang memilih untuk menyerap hikmah itu.
Baca Juga: Filsafat Kematian
Kematian bisa menjadi “pilihan” kita, layaknya pilihan yang ditelisik oleh lima nyawa penumpang kapal selam yang kini terpendam dalam dekapan samudra.
Pilihan-pilihan kecil dan besar dalam kanvas hidup ini menjadi pewarna catatan akhir perjalanan kita, namun sayangnya, hal ini seringkali luput dari cakrawala pemahaman kita.
Mati dalam Keadaan Bagaimana?
Seorang Muslim, dalam cita-cita agung, harus mampu menyadari bahwa setiap pilihan memandu kita kemana.
Ingatlah, ketika kita memilih sesuatu, konsekuensi yang paling pasti dan tak terhindarkan adalah kematian.
“الذي خلق الموت و الحيات”
Sungguh, esensi kehidupan ini tak lain hanyalah menunggu “tombol” kematian kapan Tuhan nyalakan.
Pada akhirnya, tak peduli di mana kita berpijak, ketika panggilan kematian datang, ia akan menggema.
Maka dari itu, penting untuk merancang sebaik-baiknya cara kita menerima hembusan akhir ini.
Tantangan sekarang adalah bagaimana kita merencanakan dan mendesain kematian, karena inilah pilihan yang kita harus siapkan.
Persiapkanlah Amal Terbaik
“ايكم احسن عمل”
Siapakah di antara kamu yang memiliki amal terbaik?
Maknanya, ihsan, ibadah kita tidak boleh terlepas dari Allah SWT.
Dengan demikian, ihsan ini menjadi pondasi kedua setelah kita memahami bahwa visi kita adalah sebuah akhir.
Ihsan adalah manifestasi operasional kita sehari-hari. Amal terbaik apa yang bisa kita siapkan?
Karakter terbaik apa yang bisa kita persiapkan?
Pasang Target
Cobalah untuk menargetkan dan merenungkan proyek apa yang kita sediakan, atau amal terbaik apa yang telah kita ciptakan?
Jangan memandang target monopoli kaum pengusaha dan orang kaya dengan perusahaannya. Kita pun harus punya target, akan hidup setelah dunia yang fana.
Baca Lagi: Masa Muda Harus Berprestasi
Sehingga, hidup kita tidak menjadi sebuah lembaran kosong dan proses yang hampa yang tak mampu menginternalisasi kehidupan sehari-hari.
Nilai kematian yang mutlak seringkali gagal kita letakkan dalam diri kita.
Apakah kita mampu melangkah seiring dengan visi akhir yang kita pilih?
Ahsanu Amala, itulah yang harus kita rancang. Dan, di Gunung Tembak, sudah didesain berbagai kebaikan dari saat kita terjaga dari tidur hingga kita kembali memejamkan mata.
Pelajaran kematian mengajarkan kita untuk tidak berharap berlebihan akan keabadian hidup dunia ini. Kita tak memiliki kuasa untuk merayu kematian kepada Allah SWT. Laa Haula wa la quwwata illa billah.
Unaisah Dosen STIS Hidayatullah Balikpapan