Mentari masih 30 menit lagi menyapa bumi. Sembari menikmati kopi saya membaca uraian JK (Jusuf Kalla) di Harian Kompas edisi Jumat (12/1/24). Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 itu bicara tentang pindah ibu kota.
Dalam uraian itu, JK mengurai bagaimana negara-negara lain melakukan proses pemindahan ibu kota dengan rasionalisasi masing-masing pemimpin negaranya.
Ada beberapa negara yang JK sebutkan, mulai dari Malaysia, Myanmar dari Yangon ke Naypyidaw, Pakistan (1967) dari Karachi ke Islamabad. Islamabad sendiri dibangun tidak jauh dari Rawalpindi, hanya 12 km, sehingga infrastruktur dan fasilitas sudah ada.
Malaysia sendiri pindah dari Kuala Lumpur ke Putrajaya jaraknya hanya 30 km. Hal itu membuat Malaysia tidak perlu biaya besar, tidak jauh dari ibu kota lama dan tidak perlu membangun bandara, jalan-jalan dan fasilitas lainnya.
Baca Juga: Saat Manusia Berubah Jadi Monster
Suasana Putrajaya tenang, bila malam sangat sepi, karena pegawai dan perdana menterinya sendiri tinggal di Kuala Lumpur.
Brasil
Namun ada negara di Amerika Selatan, yakni Brasil yang melakukan pemindahan ibu kota dengan jarak yang begitu jauh.
Brasil memindahkan ibukotanya dari Rio De Janeiro ke Brasilia. Jaraknya mencapai 1.200 km dengan biaya yang kala itu mencapai Rp. 250 triliun.
Pemindahan ibu kota itu sangat membebani ekonomi rakyat. JK menuliskan setiap hari ada kenaikan harga barang. Krisis ekonomi tak terhindarkan. Inflasi naik 200% setiap tahun. Bahkan beban ekonomi akibat memindahkan ibu kota itu dirasakan rakyat hingga 10 tahun pasca pembangunan.
Fakta IKN
Indonesia saat ini sedang menjalani proses pemindahan ibu kota, dari Jakarta ke Balikpapan. Ini tidak lagi bicara sebatas jarak, karena terpisah laut. Tetapi banyak aspek lainnya. Misalnya lingkungan.
Tapi kalau kita mau ambil komparasi jarak, Jakarta ke Balikpapan jika menggunakan jalur udara, jaraknya variatif. Sangat tergantung kecepatan penerbangannya.
Jika terbang dengan kecepatan 500 km/jam maka waktu tempuh menjadi 2 jam 28 menit. Jika kecepatan 700 km/jam jarak tempuh menjadi 1 jam 46 menit. Dan, kalau dengan kecepatan 900 km/jam, jarak bisa dicapai dalam waktu 1 jam 22 menit.
Sementara itu kalau menggunakan jalur darat dari Jakarta ke Surabaya kemudian menyeberang ke Balikpapan, ada pada angka 1.766,9 km. Artinya lebih jauh dari apa yang pernah Brasil lakukan untuk pemindahan ibu kota.
Baca Lagi: Bekal untuk Tak Berhenti Belajar
Dari fakta-fakta itu, tampaknya Indonesia akan butuh biaya pembangunan ibu kota yang tidak murah sekaligus tidak mudah. Belum lagi soal lingkungan, kelestarian hutan dan sebagainya.
Pada akhirnya kita perlu merenungi ungkapan JK di akhir naskahnya, “Pengalaman semua negara itu tentu bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua.”*