Mas Imam Nawawi

- Artikel

Jeda Scroll, Saatnya Ngebut Literasi: Jurus Ampuh Bikin Otak Melek di Era Digital!

“Buku adalah jendela dunia.” Kalimat ini begitu menawan, bukan? Sayangnya, pesona itu seringkali tak cukup untuk menggerakkan kita membuka halaman demi halaman. Mengapa aktivitas membaca, apalagi buku, kini terasa seperti barang langka? Sebaliknya scroll meski kadang membingungkan tetap saja banyak yang melakukan. Mengapa? Mungkin jawabannya sederhana. Banyak dari kita merasa hidup ini cukup tentang makan, […]

Scroll

“Buku adalah jendela dunia.” Kalimat ini begitu menawan, bukan? Sayangnya, pesona itu seringkali tak cukup untuk menggerakkan kita membuka halaman demi halaman. Mengapa aktivitas membaca, apalagi buku, kini terasa seperti barang langka? Sebaliknya scroll meski kadang membingungkan tetap saja banyak yang melakukan. Mengapa?

Mungkin jawabannya sederhana. Banyak dari kita merasa hidup ini cukup tentang makan, bersenang-senang, dan merasa nyaman. Membaca buku? Itu berarti memaksa akal pikiran bekerja.

Dan, jujur saja, berpikir itu memang tugas yang berat. Terlalu berat bagi sebagian orang, sampai-sampai lebih memilih dihukum lari ketimbang menulis artikel. Begitu seorang guru pernah bercerita kepadaku.

Ya, saya pernah mendengar kisah nyata seperti itu dari seorang teman di komunitas pelajar daerah terpencil. Menulis saja berat, apalagi membaca buku yang jauh lebih menuntut. Ini mungkin bukti nyata mengapa membaca kini tak lagi menjadi primadona.

Saatnya “Terobos” Batasan: Bangun Kebiasaan, Bukan Sekadar Teori!

Jika sampai sekarang kita masih bergulat dengan rasa malas membaca, apalagi buku, inilah saatnya untuk menerobos. Bukan sekadar omong kosong, tapi sebuah aksi nyata.

Caranya? Dengan menciptakan budaya dan kebiasaan membaca yang membuat kita tumbuh. Tumbuh wawasan, tumbuh penalaran, dan tentu saja, tumbuh kecerdasan.

Saya biasa menjadwalkan membaca buku setiap sebelum Subuh. Momen ini sangat menguntungkan. Pertama, bacaan mudah saya ingat.

Kedua, pemikiran saya semakin bertambah kekuatannya. Dalam arti terhubung ke banyak hal yang sudah ada dalam kepala.

Ketiga, saya semakin mudah menyusun cara berpikir sendiri yang lebih kokoh. Teman-teman bisa mencobanya. Namun, setiap orang punya momen indah masing-masing dalam membaca.

Pengalaman itu bisa menjadi jawaban bagi mereka yang belum gemar membaca. Terkadang, orang malas membaca karena rasanya seperti pergi memancing, sudah berjam-jam berusaha tapi tak kunjung dapat ikan. Hasilnya nihil, energi terkuras. Sama seperti membaca, jika tak ada “umpan” yang tepat atau hasil yang dirasakan, semangat pun menguap.

Akses Mudah, Otak Cerdas: Membaca di Era Digital Itu Kunci!

Langkah selanjutnya adalah membuka akses terhadap bahan bacaan. Jika kita tinggal di kabupaten yang jauh dari toko buku, jangan panik! Manfaatkan internet sebaik mungkin.

Rajin-rajinlah membaca buku yang tersedia secara digital. Mau tidak mau, ini adalah cara paling efektif untuk menembus batasan geografis.

Dunia maya adalah perpustakaan tanpa batas, tinggal bagaimana kita memanfaatkannya.

Jurus Pamungkas: Batasi Media Sosial, Hidupkan Literasi!

Sebagai jurus pamungkas, kurangi jam bermain media sosial. Tentu saja, bukan berarti kita harus menghapus media sosial sepenuhnya.

Boleh saja bermain, tapi atur dan batasi waktu penggunaannya. Alokasikan waktu yang tadinya dihabiskan untuk scroll tanpa henti, menjadi waktu untuk membaca. Percayalah, ini adalah investasi terbaik untuk otak dan masa depan kita.

Membaca itu bukan hanya menambah informasi, tapi juga membentuk karakter, memperluas cakrawala, dan mempertajam cara pandang. Jadi, siapkah kita menerobos batasan dan memulai petualangan literasi kita sendiri?*

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *