Saat rintik hujan bermanja ria (Kamis, 25/4/24), turun-berhenti dan turun lagi, saya akhirnya menyambutnya dengan bahagia. Pasalnya ada sahabat, Hadi Nur Ramadhan ingin bertemu. Ternyata pria yang biasa kupanggil dengan sapaan Bang itu, membawakan sebuah buku. Judulnya: “Degup Cita Para Pendiri Bangsa untuk Palestina.”
Pada cover buku berwarna merah marun dengan hiasan sudut bendera Palestina itu menampilkan foto-foto pahlawan bangsa, seperti Natsir, HOS Tjokroaminoto, KH. Hasyim Asy’ari serta dua wajah tokoh dari negara lainnya.
Baca Juga: Maju Terus, Titik!
“Ini bongkahan emas peradaban Indonesia. Anak muda harus paham isi buku ini,” batinku sembari membuka-buka halaman buku itu.
Kemerdekaan Indonesia
Indonesia – Palestina memiliki nafas dan perjuangan yang sama memang bukan hal baru.
Bung Karno dalam buku “Pancasila dan Perdamaian: Sebuah Kumpulan Pidato” sebagaimana dikutip dalam buku dari Hadi itu menegaskan dengan sangat terang.
“Tidak ada tugas yang lebih urgent dari pada memelihara perdamaian. Tanpa perdamaian, kemerdekaan kita tak banyak faedahnya.”
Ungkapan itu menjadi alasan Bung Karno tegas menolak apapun yang berbau Yahudi (“Israel”).
Menteri Agama RI pertama Prof. HM. Rasjidi menerangkan bahwa pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh dunia internasional datang dari negara-negara Timur Tengah, mulai dari Mesir, Palestina, Saudi Arabia dan seterusnya.
Teguh Keyakinan
Terkait dengan situasi dan kondisi rakyat Palestina, mereka teguh sejak awal.
Baca Lagi: Komunisme Tidak Pernah Mati
Haji Agus Salim berkata, “Sudah bertahun-tahun bangsa yang ‘segenggam’ saja orangnya dan sangat berkekurangan kelengkapannya, tetapi kuat karena keyakinannya dan kesucian cinta-citanya menentang kekuasaan Inggris.”
Dan, terhadap situasi tersebut, Haji Agus Salim juga mendorong dunia mampu dan mau bertindak adil. Karena jika tidak maka dunia akan menghadapi bencana yang membinasakan.
Sekarang, jika Barat, PBB tidak berani tegas kepada Israel, maka siapapun bisa terseret pada konflik tak berkesudahan. Dan, ibarat api yang membakar, mungkin sekarang kecil. Tetapi kalau semua diam dan membiarkan, api itu akan membakar dunia.
Dan, ini baru secuil yang saya kutip dari buku setebal 382 halaman itu. Masih begitu banyak sajian mutiara di dalam buku itu mulai dari fakta, pikiran, hingga heroisme pendiri bangsa membawa kemerdekaan Indonesia yang didukung Palestina dan negara-negara Timur Tengah.
Prinsipnya kecintaan kita kepada Palestina akan semakin menggelora jika kita memahami sejarahnya dengan baik. Nah, buku ini menyajikan hal itu. Buruan untuk punya, biar cinta kita semakin menyala.*