Dunia maya kembali ramai, gara-gara ungkapan seorang tokoh yang akrab dipanggil Buya bahwa jangan pernah merasa benar. Padahal sebagai Muslim idealnya hati ini jangan ragu dengan kebenaran Islam.
Islam sebagai agama dan ajaran sangatlah paripurna. Mulai dari dimensi fiqh, aqidah, hingga muamalah.
Semua ditata sedemikian rupa dengan kecanggihan ilmu dan logika yang luar biasa, yang dalam sejarah terbukti mampu membentuk tatanan masyarakat yang tak sekedar maju materinya, tetapi juga bahagia hati dan jiwanya.
Menurut Adian Husaini dalam artikelnya, “Bolehkah Kita Merasa Benar?” memastikan bahwa ungkapan sang Buya adalah bentuk paham relativisme kebenaran.
Baca Juga: Penyiksa Batin
Adian menuliskan, “Jika seseorang sudah meyakini bahwa dia tidak akan pernah paham akan suatu kebenaran, maka dia tidak dapat diharapkan akan melaksakan dakwah.
Sebab, bagaimana mungkin dia akan mengajak manusia kepada kebenaran, jika dia sendiri tidak meyakini kebenaran itu sendiri? Dia juga tidak dapat diharapkan untuk melaksanakan nahi munkar, karena di kepala dia tidak ada konsep “munkar”. Semuanya adalah benar, menurut pemikiran masing-masing. Begitu pendapat kaum relativis ini..
Intelektual Muslim Sejati
Meyakini Islam sebagai jalan kebenaran dan tidak ada yang benar selain Islam adalah suatu keniscayaan dari sebuah iman.
Sekalipun dalam ruang sosial, kita harus menghargai kemanusiaan orang yang berbeda keyakinan atau agama dengan kita.
Bagi Hos Tjokroaminoto dalam buku “Memeriksa Alam Kebenaran: Sebuah Maha Karya Makirat Terlupakan HOS Tjokroaminoto” dikatakan dengan gamblang bagaimana seorang Muslim ber-intelektual.
Intelektual Muslim sejati pasti berbeda dengan intelektual modern yang sangat rasional-empiris. Intelektual Muslim sejati di samping wajib memiliki kecerdasan rasional dan empiris juga harus melampauinya dengan memiliki rasa tunduk kepada Tuhan yang melekat erat tak terpisah pada ruang-ruang sosial.
Dalam arti yang lain, seorang Muslim intelektualnya melahirkan ketajaman, keyakinan dan bukan sebaliknya, keraguan serta kelemahan argumentasi terhadap Allah sebagai Tuhan, Nabi Muhammad sebagai Rasulullah, sehingga dengan demikian hidupnya 100% yakin bahwa Islam adalah jalan hidup.
Tak Ada Ruang Keraguan
Satu di antara bukti Islam pasti benar dan tidak ada keraguan bisa dilihat dari bagaimana Alquran dan Hadits hadir sampai saat ini dengan keotentikannya yang teruji dan terbukti serta diakui oleh rasio manusia secara objektif.
Alquran dan hadits menawarkan prinsip-prinsip fundamental mengenai segala aspek kehidupan, baik tentang Tuhan Sang Pencipta, alam semesta dengan segala tatanannya, maupun manusia dengan segala problem yang dihadapinya, lengkap dengan solusi-solusi yang bersifat filosfis.
Baca Lagi: Amal Terbaik
Secara teknis, Alquran yang berbahasa Arab menolak dan menutup ruang kemungkinan manusia mengubah. Jangankan huruf, harokatnya saja terjaga dengan konsistensi logika dalam ilmu Nahwu.
Jadi, apakah fakta-fakta seperti itu masih membuat kita ragu bahwa Islam menolak keraguan di dalam hati manusia?
Lantas mengapa masih ada orang mengatakan bahwa kita tidak boleh merasa benar dengan keyakinan diri sebagai Muslim? Sungguh naif.
Namun, hikmah paling esensial yang bisa kita peroleh ialah sebagai Muslim kita harus terus yakin sepenuh hati bahwa Islam benar, Allah haq, Nabi Muhammad haq, dan janji-janji serta hukum Allah adalah haq.*