Home Kisah Jangan Pernah Krocokan Pikiran Anda Sendiri
Jangan Pernah Krocokan Pikiran Anda Sendiri

Jangan Pernah Krocokan Pikiran Anda Sendiri

by Imam Nawawi

Ketika saya berbincang dengan sepupu, yang hampir dua dekade baru ketemu lagi. Ia menuturkan kilas baliknya, satu hal tentang pikiran. Kini sepupu saya itu berumur 63 tahun. Prinsipnya jangan pernah mengkrocokan pikiran kita sendiri.

Ketika masih SD dan biasa bermain setiap harinya, termasuk dengan saudara kandung saya yang juga berusia sama, pernah mereka duduk-duduk kemudian berbincang.

“Suatu saat, kalau tiba waktunya menikah, saya ingin mendapatkan suami yang kalau pergi harus menggunakan bus dengan perjalanan selama sehari.”

Baca Juga: Pikiran Manusia Kecil

Sepupu saya pun memberikan pikirannya. “Kalau saya tidak, kasihan bapak. Jadi saya ingin menikah dengan pria yang tidak jauh dari tempat tinggal saya.”

Sepupu saya melanjutkan pandangannya. “Ternyata benar, apa yang waktu kecil itu kami pikirkan, hari ini kami baru sadar, pikiran kita adalah kenyataan di masa depan. Kakakmu mendapatkan orang Jogja. Sedangkan suamiku adalah orang beda dusun saja.”

Baik-Baik Saja

Kisah itu mungkin sederhana. Bahkan, mungkin ada kisah lebih “menarik” yang para penulis kepemimpinan, motivasi dan psikologi kisahkan, berupa hasil riset misalnya.

Akan tetapi, sebenarnya apa yang oleh orang Amerika alami, itu juga orang Indonesia secara natural juga terima dalam kehidupan mereka.

Secara teori, otak manusia terus bekerja sejak seseorang bangun dari tidur pada setiap harinya. Namun, karena aktivitas otak ini tidak terlihat seperti tangan bekerja, banyak orang mungkin tidak menyadari.

Apa yang seseorang ucapkan, pikirkan dan tuangkan dalam ragam pengungkapan, seperti ucapan, status, ataupun tulisan, itulah hasil dari kerja otak manusia selama hidupnya.

Bahkan saat Anda membaca naskah ini pun, otak Anda sedang aktif bekerja, terlebih kalau Anda membaca dengan penuh konsentrasi.

Artinya, panduan Islam, agar kita hanya berpikir, berprasangka dan berkata yang baik-baik saja sangatlah relevan dengan kebutuhan kebaikan kita akan hari ini dan masa depan.

Kita boleh tidak setuju dengan hujan pada pagi hari yang turun begitu deras. Tetapi otak yang sadar akan kuasa Tuhan, ia tidak akan mendahulukan perasaan, kemudian mengutuk keadaan.

Ketidakmampuan menjangkau hikmah hujan itu pun, akan ia arahkan prasangkanya kepada kebaikan, terutama kepada yang menentukan kapan hujan, kapan tidak, itulah Tuhan.

Lihatlah Rasulullah SAW, walaupun beliau seakan tak memiliki jalan mencapai kemenangan. Pada saat yang sama tawaran menggiurkan, mulai dari tahta, harta dan wanita.

Putra Abdullah itu mengatakan, bahwa dirinya tidak akan berhenti dalam dakwah, sampai Islam jaya atau beliau binasa bersama dakwah.

Kini kita lihat, dakwah Islam terus eksis. Jika pada belahan bumi satu Islam ditindas. Pada belahan bumi lainnya, Islam berkibar.

Jadi, poin utamanya adalah berpikir, berprasangka dan berucap yang baik-baik saja. Cepat atau lambat, dengan upaya tertentu, Allah akan menjadikan pikiran itu sebagai kenyataan dalam hidup kita.

Dorong dengan Doa

Sebagai manusia yang penuh sisi lemah, maka kita butuh doa. Islam sangat mendorong agar kita selalu berdoa. Para Nabi dan Rasul pun selalu berdoa kepada Allah.

Dan, menarik penjelasan dari Joseph Murphy, dalam bukunya “Keajaiban Kekuatan Pikiran.”

Baca Lagi: Inilah Hukum Hidup Sukses

“Doa selalu menjadi jalan keluar karena Tuhan adalah sebenar-benarnya penolong dalam kesesakan.”

Ia menambahkan penjelasannya. “Doa berarti menghubungkan, mengomunikasikan, dan menyelaraskan pikiran Anda dengan kecerdasan Tak Terhingga yang merespon sesuai dengan sifat pemikiran dan kepercayaan Anda.”

Jadi, orang yang akan berdoa adalah orang yang bagus pemikirannya. Karena pikiran yang bagus dan digabungkan dengan doa akan jadi jalan perwujudan paling menakjubkan.

Murphy menegaskan, “Dalam sejarah umat manusia, tidak ada satupun masalah yang tidak bisa dipecahkan dengan doa.”

Jadi, menarik perintah Nabi SAW agar kita banyak mengoreksi diri, tentu saja itu utamanya adalah pikiran.

Sebuah catatan menyebutkan, bikinlah catatan dengan cermat yang isinya adalah peristiwa dalam kehidupan kia sendiri dalam sehari-hari. Lakukan itu selama satu pekan.

Maka, betapa mengejutkannya, kita akan dapati cara kerja dan kebiasaan-kebiasaan berpikir diri selama ini, ternyata banyak pemborosan mengerikan, karena memang begitu banyak hal kita lakukan secara tanpa tertata.

Contoh saja, coba lakukan itu dalam satu jam. Maka kita akan temukan, betapa ada banyak kata dan kalimat yang orang susun dan itu semua tidak begitu berguna atau bahkan sia-sia belaka.

Padahal, itu kalau kita biarkan akan membentuk kebiasaan, bahkan cara berpikir dalam kehidupan ini.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment