Home Artikel Jangan Lelah Melahirkan Pemimpin
Jangan Lelah Melahirkan Pemimpin

Jangan Lelah Melahirkan Pemimpin

by Imam Nawawi

Jangan lelah melahirkan pemimpin, itu adalah spirit yang saya tangkap dalam sesi penutupan “Pelatihan Kepemimpinan DPD Hidayatullah se-Indonesia” di Jakarta (10/3) malam.

Pemimpin, banyak orang telah memahami, bukan soal jabatan. Tetapi sosok yang sadar akan tanggung jawab dan mau memikul beban untuk kemajuan kolektif.

Dan, menyimak paparan Direktur Hidayatullah Institute, Dr. Muzakkir Usman, tampak memang bahwa yang bisa lolos ikut pelatihan tersebut memang harus melalui beberapa tahap ujian yang ketat dan serius.

Baca Juga: Sadar Sebagai Pemimpin

Saya menduga itu tidak lain karena mereka akan pulang sebagai pemimpin, mengambil peran, memikul beban, dan mendorong perubahan untuk kemajuan.

Oleh karena itu ada peserta yang datang terlambat, walau sudah akan naik pesawat, diberikan opsi bijak untuk siap mengikuti pelatihan kepemimpinan berikutnya.

Tidak Mudah

Menjadi pemimpin sebenarnya sangat tidak mudah. Itu kalau sadar bahwa pemimpin itu bukan jabatan, tetapi kewajiban yang penuh tanggung jawab.

Kata KH Agus Salim, Leiden is Lijden. Memimpin itu menderita.

Montgomery mengatakan, “Pemimpin harus menjadi pengabdi bagi kebenaran atau hakikat.”

Kesadaran itu sangat penting, sebagaimana mendasarnya akar bagi sebuah pohon. Tanpa kesadaran itu, seorang akan jadi pemimpin akan bergerak seperti pohon tanpa akar, tidak akan lama, pasti tumbang.

Oleh karena itu ketika suatu masa memiliki manusia dengan kesadaran seperti itu dan menjadi pemimpin, maka ia akan mampu memberikan legacy kebaikan yang berkelanjutan.

Jika kesadaran itu ada dalam sebuah organisasi, maka ia akan menghadirkan satu gelombang perbaikan dan kemajuan, mungkin kecil, tetapi terus menerus karena terwariskan.

Membesarkan Jiwa

Sosok pemimpin yang akan mampu melahirkan kader pemimpin salah satu cirinya adalah bisa membesarkan jiwa barisan muda.

Rasulullah SAW senantiasa menghadirkan kebesaran jiwa para sahabat dengan memberikan apresiasi.

Ketika umat Islam menaklukkan Khaibar, Rasulullah SAW tidak mendapuk dada.

Beliau malah bersabda, “Aku tidak tahu dengan apa aku lebih bahagia, dengan takluknya Khaibar atau dengan kedatangan Ja’far.” (HR. Al-Hakim).

Baca Lagi: Anak Muda Harus Siap Memimpin

Suatu kesempatan Rasulullah SAW juga bersabda, “Setiap kaum terdapat orang yang terpercaya dan kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah.” (HR. Tirmidzi).

Dengan demikian, kalau kita ingin melihat apakah diri kita adalah pemimpin atau bukan, timbangannya bisa kita lihat dari ucapan-ucapan diri sendiri.

Apakah banyak memupuk mental, jiwa dan visi kaum muda. Atau malah sebaliknya, suka mengecilkan dan mengkerdilkan.

Orang seperti itu jangankan menyiapkan pemimpin, memimpin lisannya saja dia sudah gagal total.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment