Home Hikmah Jangan Cancel Doamu
Sujud adalah doa terbaik

Jangan Cancel Doamu

by Mas Imam

Setiap orang beriman pasti berdoa kepada Allah, bahkan sangat mungkin menggunakan doa-doa yang ada di dalam Alquran atau dituntunkan oleh Nabi. Akan tetapi, kadang tanpa sadar, melalui prasangka bahkan ucapan, kita sering tanpa sadar meng-cancel doa kita sendiri.

Baca Juga: Nikmatnya Membaca Alquran

Demikian salah satu kalimat penjelasan dalam khutbah Jumat di Masjid Ummul Quro Depok yang dibawakan oleh Ustadz MD. Karyadi Al-Hafidz (28/5).

Sebagian orang melihat bahwa dirinya ingin dalam hidup ini mendapatkan pertolongan Allah dalam banyak hal. Tetapi tanpa disadari, lisannya sering sekali mengucapkan bahwa hidup ini berat. Menjadi guru itu berat, menjadi dai itu berat, bisa istiqomah itu berat. Padahal, Allah Maha Memberikan Pertolongan.

Mengapa tidak kita katakan, insha Allah dengan pertolongan Allah, kita bisa menjadi guru yang baik, orangtua yang baik, dai yang baik, dan jiwa yang istiqomah di dalam iman dan Islam.

Dan, bagaimana mungkin kita mengatakan berat, sulit dan tidak mungkin, sedangkan semua yang Allah perintahkan kepada manusia itu sangat mungkin dilakukan, bahkan Allah jamin semua perintah-Nya adalah untuk memudahkan manusia, bukan menyulitkan.

Percayalah

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT. tidak mengutusku untuk mempersulit atau memperberat, melainkan sebagai seorang pengajar yang memudahkan.” (HR. Muslim).

doalah dengan penuh keyakinan

doalah dengan penuh keyakinan

Dengan demikian, tugas kita yang paling urgen ialah bagaimana menajamkan keyakinan, kepercayaan utuh hanya kepada Allah Ta’ala.

Kerapkali manusia terjebak pada ruang kerja rasio yang menghendaki adanya sebab dan akibat. Padahal, dalam situasi tertentu dan atas kehendak-Nya, hal itu (adanya sebab dan akibat) tidaklah menghalangi kehendak Allah Ta’ala sama sekali.

Dahulu, Ustadz Abdullah Said sering mengintrodusir para kadernya agar yakin dalam tugas dakwah membangun pesantren di berbagai daerah di Tanah Air dengan sebuah ayat yang aksiomatik, “Jika kamu menolong agama Allah, maka Allah akan menolongmu.”

Oleh karena itu, pada masa awal perintisan, para kader Hidayatullah tidak diminta untuk banyak berpikir soal sebab-sebab, tetapi perhatikan niat, ibadah, dan keikhlasan. Nanti dengan cara itu, Allah akan berikan jalan keluar dari upaya mewujudkan hadirnya sebuah pesantren. Terbukti, akhirnya dimana-mana kini telah berdiri Pesantren Hidayatullah.

Modalnya apa? Percaya secara total kepada janji Allah. Mudah? Insha Allah bisa terwujud asal tidak mudah goyah alias mau sabar, ikhtiar dan tawakkal kepada-Nya.

Allah

Allah Ta’ala Maha Kuasa, namun dalam hal bagaimana Allah akan bersikap kepada seorang hamba di sana ada kontribusi berupa prasangka dari hamba itu sendiri.

Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, ”Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah berkata: “Aku sesuai prasangka hambaku pada-Ku dan Aku bersamanya apabila ia memohon kepada-Ku.” (HR Muslim).

Oleh karena itu, seorang hamba harus selalu berjuang untuk berprasangka baik kepada Allah. Kata Ustadz Karyadi Al-Hafidz, untuk bisa berprasangka baik kepada Allah, kita harus selalu melihat tanda-tanda kebaikan dalam hidup kita, termasuk nikmat-nikmat kebaikan yang Allah berikan.

Jika kita memperhatikan nikmat Allah dengan sungguh-sungguh, tentu tidak ada ruang sedikit pun kita tidak bersyukur kepada Allah. Jika itu yang dilakukan, maka sangat tidak mungkin seorang hamba akan berprasangka buruk kepada-Nya.

Baca Juga: Meraih Berkah Umur

Dengan demikian maka pikiran dan ucapan bahkan tindakan kita akan baik. Penting dicatat, orang yang mampu berbuat baik, mulai dari ucapan dan tindakan, boleh jadi berangkat dari prasangka yang penuh kebaikan kepada Allah.

Seperti populer disampaikan Aa Gym dahulu, bahwa sebuah teko yang diisi kopi dia tidak akan mengeluarkan ke dalam gelas, kecuali kopi itu sendiri. Jadi, mari berprasangka baik kepada Allah, yakin seutuhnya kepada-Nya dan tidak melakukan apapun kecuali kebaikan.

Dengan demikian, doa-doa yang kita panjatkan semakin terdorong dengan itu semua. Jangan sampai sebaliknya, minta rezeki yang luas, tetapi selalu mengatakan gajiku habis untuk makan saja. Bukankah gaji itu hanya satu saja dari bentuk rezeki-Nya? Bukankah rezeki dari Allah adalah sangat luas?*

Mas Imam Nawawi_Ketua Umum Pemuda Hidayatullah

Related Posts

Leave a Comment