Seorang cendekiawan, ahli ilmu, bahkan hakim, bisa berubah menjadi rusak, jahat dan membuat keputusan “ngawur” seketika. Hal itu karena ia mengharapkan kepastian pada hari mendatang. Ia ingin hidup tanpa ancaman, ketakutan dan senantiasa dalam kebahagiaan. Tapi sadarkah manusia bahwa ada jaminan kepastian pada hari yang tak terbayangkan juga diberikan?
Saat seseorang merasa nyaman hidupnya karena bersandar kepada orang, yang misalnya ia jenderal, menteri atau bahkan presiden, maka ia sebenarnya memastikan hal yang sementara.
Sebab, begitu sandarannya itu tiada, presiden, menteri dan jenderal itu meninggal dunia, ia tidak lagi punya perlindungan, sebagaimana sebelumnya ia merasa aman.
Baca Juga: Kuatkan Sifat Kasih dan Sayang
Dan, sungguh merugi orang yang dalam kehidupannya bersandar kepada manusia, lalu karena itu ia melupakan Allah Ta’ala. Padahal, Allah Ta’ala semata sebaik-baik manusia menggantungkan harapan.
Sikap Utama
Mu’awiyah pernah meminta nasihat kepada ummul mukminin, Aisyah ra melalui sebuah surat. Aisyah ra pun menyampaikan hadits Nabi SAW.
“Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa yang mencari ridho Allah saat manusia tidak suka, maka Allah akan cukupkan dia dari beban manusia. Barangsiapa yang mencari ridha manusia namun Allah itu murka, maka Allah akan biarkan dia bergantung pada manusia.” (HR. Tirmidzi).
Dan, bagaimana mungkin kita bersandar kepada manusia, sedangkan Allah Ta’ala menegaskan bahwa manusia itu diciptakan dalam kondisi lemah (QS. 4: 28).
Salah satu makna lemah dalam hal ini manusia sangat mudah terpengaruh oleh hawa nafsunya sendiri.
Bisa saja sebelum manusia itu meninggal, kalau pikirannya berubah, orang terdekatnya pun akan ia korbankan. Karena memang ia tidak mampu menahan hawa nafsunya sendiri.
Bahkan ada orang yang jadi andalannya pun dibunuh, kalau bawahannya tersilaukan oleh kekayaan, kekuasaan dan lain sebagainya.
Kalau melihat film yang bercerita tentang pengkhianatan, maka itu karena memang manusia tidak semua mampu menahan hawa nafsunya sendiri.
Jadi, sikap terbaik, sikap utama yang harus kita miliki adalah senantiasa berdiri tegak mencari perlindungan kepada Allah bukan manusia.
Janji Allah
Langkah seperti apa yang kita perlukan agar selamat dari bersandar kepada manusia yang hakikatnya lemah?
Perkuat iman dan komitmen untuk senantiasa mengikuti ajaran Islam yang telah diteladankan oleh para Nabi dan Rasul.
Ingat, bahwa selain hari-hari kemarin, bahkan hari ini dan esok akan ada hari yang semua manusia tidak tahu, tetapi itu pasti akan terjadi. Yakni hari kiamat.
Langkah itu sangat memungkinkan kita selamat dan mendapat perlindungan Allah Ta’ala secara langsung.
“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).” (QS. Al-Mu’min: 51).
Orang yang beriman akan Allah jaga sejak dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat kelak.
Dalam kehidupan dunia Allah menyelamatkan orang beriman dari kesibukan yang merusak dan merugikan kehidupan akhirat. Pada kehidupan akhirat Allah memasukkan orang beriman ke dalam surga-Nya.
Semakin seseorang memahami hal ini dengan baik, maka akan mudah bagi seseorang membangun kepribadian yang baik, menjaga perilaku tetap baik dan tentu saja mencintai kebaikan itu sendiri.
Sebab pada dasarnya, hanya orang yang yakin adanya hari pembalasan belaka yang mampu mengisi kehidupan dunia ini dengan kebaikan-kebaikan sejati.
Baca Lagi: Kapan Seharusnya Bersyukur?
Singkat kata kalau diri ingin berbuat rusak, jahat, zalim dan destruktif, kesadaran akan hari pembalasan merupakan rem terbaik agar diri tidak terjerumus pada kerugian demi kerugian.*