Kalimat “Jalan terbaik berpikir kritis” itu muncul usai saya melihat tayangan short youtube yang menampilkan Jordan Peterson tentang bagaimana cara belajar berpikir kritis.
Kurang lebih begini ungkapannya. Jalan terbaik untuk memahamkan orang bagaimana berpikir kritis ialah dengan mengajari mereka menulis.
Menulis adalah jalan untuk bisa berpikir kritis. Sayang tidak banyak orang memberi tahu kenapa harus menulis.
Kemudian ada urutannya seperti ini. Menulis mengajari orang berpikir kritis. Berpikir kritis membuat orang mampu bertindak efektif dan mampu memenangkan “pertempuran (ide).”
“Kalau kamu bisa berpikir, berbicara, dan menulis, kamu benar-benar tidak terhentikan. Tidak ada yang bisa menghalangimu.”
Baca Juga: Besar Berpikir dan Berjiwa Besar
Menurut Peterson, menulis, berpikir dan berbicara adalah senjata paling kuat yang bisa dimiliki seseorang.
Pendiri Bangsa
Peterson memang sedang mengemukakan teori. Tetapi relevan dengan fakta sejarah di Indonesia.
Coba perhatikan bagaimana Bung Karno, Bung Hatta, Natsir, Buya Hamka, HOS Tjokroaminoto, semuanya adalah pembaca, penulis dan tentu saja pemikir.
Soal berbicara, tidak perlu ditanya, siapa tidak kenal Bung Karno. Pidatonya tidak saja berapi-api, tapi menghadirkan kesan mendalam bagi para pendengarnya.
Artinya, kalau sekarang anak-anak muda bangsa, termasuk umat Islam jauh dari tiradisi membaca, berbicara dan menulis, alamat mereka kehilangan ketajamanan berpikir kritis. Dan, itu sangat berbahaya.
Kemajuan
Berpikir kritis (yang benar) akan mengarahkan manusia sampai pada kesadaran menggunakan akal pikiran secara maksimal.
Dalam bahasa Prof. Wan Daud, akhirnya akan melahirkan yang namanya budaya ilmu. Begitu masyarakat suatu bangsa haus akan ilmu, maka alamat kemajuan sudah semakin dekat.
Problem yang sering kita temui, banyak orang belakangan bisa cepat berbicara, tetapi tidak melalui proses berpikir yang terferivikasi.
Baca Lagi: Berpikir untuk Negara
Akhirnya sering kita jumpai, sekelas tokoh pun bicara A pekan ini. Pekan depan sudah mengklarifikasi ucapannya sendiri.
Sebuah tanda bahwa berpikir kritis harus kita suburkan di kalangan anak muda bangsa, agar ke depan masa depan negeri tetap cerah dan menggairahkan dalam segala sisi kehidupan.