Mas Imam Nawawi

- Artikel

Jalan Pintas, Bukan Gerbang Kesuksesan

Belum lama ini muncul berita seorang wanita bermain trading kripto dan gagal. Sayangnya ia menggunakan uang milik nasabah Bank tempatnya bekerja. Sekali lagi ini jadi rentetan bukti bahwa sukses tidak memiliki gerbang bernama jalan pintas. Teknologi memang telah bertransformasi sangat cepat, tapi jalan sukses tidak bisa kilat. Orang tetap harus melalui jalan yang sehat, lurus […]

Jalan Pintas, Bukan Gerbang Kesuksesan

Belum lama ini muncul berita seorang wanita bermain trading kripto dan gagal. Sayangnya ia menggunakan uang milik nasabah Bank tempatnya bekerja. Sekali lagi ini jadi rentetan bukti bahwa sukses tidak memiliki gerbang bernama jalan pintas.

Teknologi memang telah bertransformasi sangat cepat, tapi jalan sukses tidak bisa kilat. Orang tetap harus melalui jalan yang sehat, lurus dan benar.

Tidak akan pernah hilang hukum dalam kehidupan yang orang dahulu telah pahami dengan sangat baik. Bahwa hanya kejujuran dan kerja keras yang selalu menjadi kunci utama sukses dan bahagia.

Kerja Keras

Orang mungkin mulai banyak yang berkata, sekarang yang penting itu kerja cerdas. Karena kalau kerja keras, kuli bangunan yang paling kaya. Faktanya tidak begitu.

Kerja keras tidak hanya dilakukan oleh kuli bangunan. Tetapi oleh siapapun yang ingin mendapat hasil yang baik dalam kehidupan.

Hanya saja, seorang guru tidak terlihat mengangkat cangkul, membanting kapak dalam tugasnya. Akan tetapi untuk bisa tampil sebagai guru yang jadi figur dan teladan bagi murid-muridnya, seorang guru tak cukup hanya pandai berkata-kata.

Lebih-lebih seorang pemimpin. Ia harus bekerja keras dengan benar-benar dirinya mampu memiliki integritas. Bukan hanya pandai bicara, apalagi tidak pandai bekerja.

Jadi, jangan terkecoh dengan ungkapan bahwa kita harus bekerja secara cerdas dan karena itu tidak perlu bekerja keras. Keras bagi kuli tidak sama keras bagi ilmuwan, presiden, termasuk bagi guru dan orang tua.

Kerja keras artinya kita harus siap bekerja secara sungguh-sungguh.

Fred Gratzon

Lalu bagaimana dengan pemikiran Fred Gratzon dalam bukunya “Malas Tapi Sukses?”

“Jika seseorang hanya mengandalkan ototnya untuk menghasilkan tenaga listrik dan tidak dibantu oleh alat-alat atau temuan-temuan yang lahir dari aktivitas otak, seumur hidup dia hanya akan menghasilkan listrik yang cuma bisa dihargai $ 4.30,” begitu Gratzon menulis.

Perhatikan, ia menulis aktivitas otak dan otot. Kalau kita mengandalkan otot akan kalah dengan kekuatan otak.

Lalu mari perhatikan ungkapan Imam Syafi’i, bahwa orang yang tidak tahan beratnya belajar maka harus siap menahan perihnya kebodohan.

Aktivitas otak kenapa tidak disebut kerja atau usaha keras?

Ya, karena otak cara kerjanya tidak sama dengan otot. Tetapi apakah kita bisa menilai murid yang sering tidur saat guru menjelaskan sebagai seorang sosok yang giat belajar?

Murid yang mudah memberikan jawaban saat ujian adalah yang menggunakan otaknya secara sungguh-sungguh. Itu namanya juga sama, kerja keras. Tapi bukan otot, melainkan otak.

Tumbuhan

Saya secara tidak sengaja pernah melihat meme di media sosial yang memberikan pesan, bunga yang segar hari ini tidak mungkin keluar dari pohon yang baru ditanam.

Kita kadang lupa memerhatikan tumbuh-tumbuhan, terutama pohon. Apakah ada di antara kita yang menyangkal pohon yang besar itu berangkat dari proses panjang?

Memang ada pohon besar hidup karena dipindahkan dengan alat berat. Tetapi pencipta alat berat, apakah hanya berimajinasi dan tidak bekerja keras dengan otaknya untuk menciptakan alat yang canggih.

Pohon adalah pelajaran paling dekat dengan kehidupan manusia tentang konsistensi, semangat maju terus dan kerja keras menghujamkan akarnya ke dalam bumi. Lalu merindangkan pohonnya menangkap cahaya matahari.

Jadi, bermimpilah. Tapi jangan terlalu banyak waktu untuk terpejam. Karena mimpi hanya pemantik imajinasi, yang harus kita wujudkan dengan aksi kerja keras, mau otot ataupun otak.*

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *