Alquran memberikan satu diksi “Al-Mukhbitin” (الْمُخْبِتِينَ) untuk kita pahami. Diksi itu kita dapat temukan pada ayat ke-34 dari surah Al-Hajj. Lalu apakah itu Al-Mukhbitin?
“Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah), (yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka.” (QS. Al-Hajj 34-35).
Bergetar hati dalam keterangan Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir artinya ada rasa takut dalam hati seseorang, kalau-kalau dirinya menyelisihi-Nya. Muncul rasa khawatir kalau menyimpang dari ketentuan-Nya. Hal itu karena mereka sadar iman harus benar-benar mereka jaga dengan sempurna.
Keyakinan itu membentuk karakter sabar, sehingga ujian dan cobaan apapun, orang-orang yang mukhbitin, akan tetap teguh, tegar.
Baca Juga: Membaca Gempa Bumi Terbaru
Lebih jauh dari itu, orang-orang yang mukhbitin (patuh kepada Allah) selalu berupaya menginfakkan sebagian hartanya. Mereka menyedekahkan apa yang mereka miliki pada berbagai jenis kebaikan.
Tangguh
Jadi, al-mukhbitin adalah karakter untuk orang yang tangguh keimanannya kepada Allah. Kemudian juga tangguh dalam menghadapi tantangan dan ujian hidup. Serta tidak individualis, ia tetap mau dan ingin selalu berbagi rezeki.
Ini berarti orang-orang yang mukhbitin memiliki peran penting dalam kehidupan bersama. Mereka memiliki produktivitas tinggi dalam kebaikan, baik pribadi maupun dalam kehidupan sosial.
Jika mentalitas tangguh orang-orang mukhbitin ini ada pada kaum muda, maka masa depan Indonesia akan menjadi cerah. Lebih-lebih kalau karakter ini hadir dalam sosok anggota DPR, Hakim, Kepolisian, Tentara, bahkan sampai presiden, maka kemakmuran negeri hanya soal waktu.
Tenang
Menurut Mujahid, الْمُخْبِتِينَ adalah orang yang memiliki ketenangan hati. Hatinya tenang bersama Allah.
Baca Lagi: Maju Terus, Titik!
Ats-Tsauri juga memberi makna yang sama, yakni orang yang hatinya tenang, ridha, lapang dada dengan qadha dan qadar Allah. Kemudian ia berserah diri kepada-Nya.
Namun terlepas dari arti itu semua, hal yang utama kita sadari sekarang, bagaimana berupaya agar hati ini bergetar ketika mendengar nama Allah. Rasa hati ingin segera melakukan kebaikan.
Hal ini berarti jangan sampai ada kebaikan-kebaikan yang kita lakukan, ternyata bukan untuk Allah. Ada rasa ingin dapat pujian, ada motif ingin dapat pengakuan banyak orang. Padahal dalam hidup ini kita hanya akan beruntung dengan seutuhnya berserah diri kepada Allah.
Langkah ini penting sekali kita sadari, sehingga saat berbuat baik dan orang tak mengakui, tak menghormati, hati kita tenang. Karena yang memang kita kejar hanya ridho Ilahi. Ini tentu tidak mudah, tetapi ini telah jadi ketetapan Allah. Artinya, kalau mau berjuang, insha Allah dapat pertolongan-Nya.*