Home Kajian Utama Jadi Suami Jangan Seenaknya Saja
Jadi Suami Jangan Seenaknya Saja

Jadi Suami Jangan Seenaknya Saja

by Imam Nawawi

Jadi suami jangan seenaknya saja, kalau marah asal main tangan, ucapan pun tak terjaga. Suami sebagai pemimpin harus berjuang keras jadi teladan ketakwaan.

“Seorang suami kadang enak saja mengatakan, saya pulangkan kamu ke rumah orang tuamu, pulang saja kamu ke rumah orang tuamu. (Begitulah) kalau orang sudah marah, padahal rumah tangga telah lama dibina.”

Baca Juga: Cinta dalam Pernikahan

Itu adalah penggalan dari nasihat keluarga yang Ustadz Hamim Thohari sampaikan selaku Ketua Dewan Pertimbangan Hidayatullah di hadapan seribu lebih kader Hidayatullah se Jakarta, Banten dan Jawa Barat (Jabanjab) di Pesantren Hidayatullah Depok (7/5/23).

Akan tetapi itu adalah sebuah permisalan yang beliau ambil, bahwa orang yang mudah marah atau memperturutkan amarah akan mudah menganggap kecil hal-hal besar.

Orang sampai memecahkan piring, memecahkan kaca mobil, bahkan membunuh orang lain, itu karena jiwa dikuasai api amarah.

“Hamka mengatakan, emosi, marah. Orang yang marah itu adalah orang yang menganggap kecil sesuatu yang sesungguhnya adalah sangat besar.

Kalau sudah marah, suami-istri marah, suami marah, tampaknya akan dilempar itu piring, apa ini,” jelas Ustadz Hamim sembari memperagakan gaya orang yang akan melempar.

Raih Takwa

Mengendalikan emosi butuh ilmu, iman dan takwa. Jelas tidak mudah, tapi insha Allah bisa.

Oleh karena itu Allah mengkategorikan orang yang mampu menahan amarahnya sebagai insan bertakwa.

Tidak akan merugi orang yang bertakwa. Itu berarti sangat rugi orang yang memperturutkan amarah.

Lihatlah dalam sejarah atau mungkin fenomena keseharian, betapa orang yang suka meluapkan amarah tidak mendapat keuntungan sama sekali.

Seorang yang arogan, lalu marah-marah, ia akhirnya ditangkap polisi.

Seseorang yang terbakar amarah, tidak bertaubat, malah melampiaskan amarahnya, akhirnya ia membunuh. Dan, akhirnya sama-sama kita tahu, ia harus mau menjalani hukuman mati.

Begitulah buah dari amarah. Hanya mendatangkan penyesalan dan kerugian nyata.

Sempurnakan dengan Memberikan Maaf

Sebagai manusia kita punya banyak keterbatasan. Hal yang tak bisa kita kontrol begitu banyak. Terlebih yang ada pada diri orang lain.

Misalnya, orang mengatakan sesuatu yang membuat kita marah. Lalu ia sadar dan meminta maaf. Kalau kita mau meraih derajat takwa, maka Allah perintahkan kita berikan maaf.

Baca Lagi: Nikah Pada Waktunya

Secara sains, memaafkan dapat mengurangi efek negatif dari amarah dan emosi yang berlebihan.

Orang akan segera mengalami relaksasi ketika mau memaafkan. Tetapi apapun itu, dalam Islam, memberi maaf adalah amalan mulia. Jadi, berikanlah maaf. Lalu raihlah derajat takwa.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment