Home Artikel Jadi Pemimpin itu Butuh Kesiapan
Jadi Pemimpin itu Butuh Kesiapan

Jadi Pemimpin itu Butuh Kesiapan

by Imam Nawawi

Sekalipun sekarang kata pemimpin itu identik dengan pejabat, secara fakta pemimpin itu memang tidak bisa ujug-ujug. Jadi pemimpin itu bahkan butuh kesiapan.

Sekelas John Man saja ketika menulis buku tentang Salahuddin Al Ayyubi ia menemukan satu fakta bahwa menjadi pemimpin tidak lepas dari keluarga dan masa muda.

Hal itu setelah ia telusuri tentang bagaimana seseorang bisa jadi pemimpin. Jadi pemimpin butuh karisma dan karisma itu dibentuk sejak dari keluarga.

Baca Juga: Pemimpin Kok Mengeluh & Mengancam

Dan sebagai seorang pemimpin Salahuddin Al Ayyubi pun menerapkan dua gaya kepemimpinan. Yaitu dengan gaya lembut dan gaya tegas. John Man sendiri bahkan heran mengapa Salahuddin Al Ayyubi tidak menggunakan cara pemaksaan.

Telusuri

Dalam konteks pemilu kita akan memilih pemimpin yang sebenarnya bukan pilihan kita. Setiap orang harus memilih calon pemimpin yang partai politik disodorkan.

Kalau misalnya nanti dalam pemilu 2024 sistem yang digunakan adalah proporsional tertutup maka kita semakin tidak tahu pemimpin yang akan kita pilih, karena kita hanya menusuk gambar partai.

Selanjutnya kalau misalnya partai A menang, maka ia dengan bebas bisa menentukan siapa yang akan duduk di parlemen tanpa persetujuan masyarakat yang telah menutup gambar partai tersebut.

Bahkan seandainya seorang pemilih melihat ada orang yang ia kenal buruk rekam jejaknya dalam politik, tetapi dipilih oleh pemimpin partai untuk duduk di parlemen maka ia tidak bisa menolak.

Pertanyaannya mengapa bisa seperti itu?

Pahami Siapa Pemimpin Sejati

Memperhatikan uraian tersebut maka kita dapat mengambil satu pemahaman bahwa soal pemimpin itu bukan soal orang bisa menjabat atau punya kekayaan.

Pemimpin adalah sosok yang secara langsung memang mendapatkan pendidikan terbaik dalam hal pengetahuan tentang pentingnya membangun masyarakat.

Baca Lagi: Cara Berpikir Minimal Seorang Pemimpin

Dengan begitu ia telah mengenal apa itu integritas, keberpihakan, dan orientasi di dalam mengisi kehidupan ini. Apabila ia memiliki komitmen dengan nilai-nilai kepemimpinan, maka ia tidak akan pernah menjual diri apalagi sampai menjual orang lain  demi kesenangan diri sendiri.

Pemimpin yang baik adalah yang mengerti bagaimana menjaga harga diri bangsa dan rakyatnya. Baju seorang pemimpin adalah kebenaran. Mahkota terbaik seorang pemimpin adalah kejujuran.

Terakhir, kita patut memahami bahwa semua itu tidak hadir hanya dalam waktu satu malam, meski dengan jasa pencitraan triliunan Rupiah.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment