Home Kisah Istirahat Main Smartphone
Istirahat Main Smartphone

Istirahat Main Smartphone

by Imam Nawawi

Jumat itu suasana seperti biasa, normal. Bahkan kalau ingat hari-hari sebelumnya, Jumat itu benar-benar berkah. Cuaca cerah, suhu hangat dan yang bersin-bersin sepertinya agak berkurang. Jemuran ibu-ibu pun optimis kering. Tetapi hari itu pula saya harus istirahat main smartphone.

Saat sedang seru-serunya membahas soal persiapan sebuah event sebelum Ramadhan bareng teman-teman yang suka santai dan serius, tiba-tiba layar smartphone-ku kedip-kedip.

Awalnya kuanggap lazim, mungkin butuh perhatian. Tetapi, ternyata itu kode pamitan, smartphone itu resmi padam dan tak menyala kembali. Innalillah.

Baca Juga: Memulai Masa Depan

Tak pernah kubayangkan smartphone yang selama ini menemaniku membuat begitu banyak “karya” untuk media sosial, begitu cepat “tutup usia.”

Kata juniorku yang jago utak-atik gadget.

“Ini karena Mas Imam menerapkan praktik kerja romusha kepada smartphone ini.” Saya tertawa, ia pun ikut juga, tertawa lebih keras.

Tenang

Tidak menggenggam smartphone sebenarnya nyaman, bisa “istirahat” dari beragam konsentrasi yang kadang perlu, tetapi juga acapkali tidak begitu penting.

Namanya juga smartphone dengan aplikasi perbincangan yang lebih dari dua.

Akan tetapi aku ada dua target utama pada akhir pekan ini (Sabtu, 4/3/2023).

Pertama menuntaskan semua naskah berita Laznas BMH. Kedua, mengisi konten baru untuk website masimamnawawi.com. Berhasil, kedua target terlaksana dengan baik.

Setelah itu saya menyambar dua buku. Satu buku karya Kang Maman, “Re: dan Perempuan.”

Kedua, buku Ayu Utami, “Menulis dan Berpikir Kreatif Cara Spiritualisme Kritis.”

Membaca keduanya tanpa ada smartphone di sekitarku rasanya memang tenang. Teringat masa 16 tahun silam di Surabaya saat kuliah di STAIL Surabaya. Atau bahkan lebih jauh lagi, saat menjadi petugas kebersihan di Kantor DPD Hidayatullah Kutai Kartanegara.

Sering saya menyambut semburat mentari dengan memahami lembar demi lembar buku-buku politik dan agama Islam dari dua guruku, Ustadz Hamzah Akbar dan Ustadz Endi Haryono.

Menulis

Dan, seperti adat yang berlaku, ketika tenang membaca, maka saya akan sulit untuk beristirahat.

Usai mengindera dua buku itu saya langsung menyinggir laptop. Jadilah kisah dalam tulisan ini.

Akhirnya ada hikmah yang dapat kupetik. Bahwa hidup ini tetap tenang dan membahagiakan walau tangan tak menggenggam smartphone.

Baca Lagi: Islam yang Terus Bersinar

Waktu bisa lebih produktif karena bisa melakukan hal-hal yang boleh jadi lama tak dilakukan, seperti membaca dengan tenang dan nikmat.

Lebih jauh tanpa smartphone kadang membuat pikiran lebih tajam, karena dalam membaca atau menulis tak ada gangguan notifikasi perbincangan atau pun pemberitahuan yang kadang kita tidak butuhkan.

Namun demikian, smartphone tetap kita perlukan. Karena itulah cara paling mudah kita bisa saling sapa, bahkan lebih progresif dalam bekerja, utamanya secara teamwork. Jadi, semua bagus, indah dan membahagiakan. Asal kita tahu dalam rangka apa kita melakukan hal-hal dalam keseharian ini.

Selamat istirahat teman, selamat berakhir pekan, bersentosa-lah bersama keluarga dengan bacaan atau pun kegiatan badan atau pun bahkan interaksi hati dan pikiran.*

Mas Imam Nawawi

 

Related Posts

Leave a Comment