Home Kajian Utama Islam Selalu Mudah untuk Kita Tangkap, Lalu Mengapa Orang Tetap Ingkar?
Islam Selalu Mudah untuk Kita Tangkap, Lalu Mengapa Orang Tetap Ingkar?

Islam Selalu Mudah untuk Kita Tangkap, Lalu Mengapa Orang Tetap Ingkar?

by Imam Nawawi

Salah satu bukti ajaran Islam itu benar adalah kemudahan yang terkandung. Hati siapapun selalu mudah mengarifi ajaran Islam. Akal dan hati ini mudah untuk menangkap makna, merasakan getaran hati, bahkan menginsafi diri dengan nilai-nilai agung yang terkandung dalam Alquran.

Mereka yang mau membuka mata hati akan dengan mudah tersinari oleh cahaya hidayah.

Kisah Umar bin Khattab adalah satu dari sekian banyak bukti. Awalnya, Umar adalah orang yang memusuhi Nabi SAW. Bahkan Umar sangat ingin bisa membunuh Rasulullah.

Baca Juga: Ilmu Masa Kini untuk Apa?

Namun, saat ia mendengar bacaan Alquran dari adiknya sendiri, Fatimah bersama suaminya, Sa’id yang lebih dahulu masuk Islam, hati Umar menjadi terbuka.

Seketika hati Umar sampai pada puncak kesadaran. Bagaimana mungkin ia membenci orang yang membawa wahyu Alquran yang isinya berupa peringatan dan bukan untuk menyusahkan kehidupan umat manusia.

Dalam sejarah Umar mendengar bacaan Surah Thaha. Beruntung Umar mau mendengar dan memahami, sampai akhirnya hidayah itu tertanam kuat dalam sanubarinya, kokoh laksana Gunung Uhud.

Menolak Tanpa Argumen

Namun, kebenaran tetaplah sesuatu yang berada di luar diri manusia. Kebenaran tidak akan menjadi kekuatan seseorang sampai seseorang itu mau memahami, mengambil dan menjadikannya sebagai jalan kehidupan.

Fakta itu bisa kita temukan dalam lembaran sejarah yang abadi dalam Alquran. Bagaimana orang-orang yang enggan berpikir menolak kebenaran Islam.

Utbah, Syaibah, Abu Sufyan, dan lain-lain menolak kebenaran dengan hal-hal yang tidak masuk akal.

Mereka menolak kebenaran Islam dan kerasulan Nabi Muhammad jika tidak mampu memancarkan mata air bagi mereka. Mata air yang terus mengalir dan dapat menjadi sumber penghasilan mereka.

Kemudian mereka juga mengatakan, kalau tidak bisa memancarkan air berikan mereka kebun kurma dan anggur, lalu ada sungai mengelilinginya dengan deras.

Kalau juga tidak bisa, sudah jatuhkan saja langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan. Atau datangkan saja Allah dan malaikat-malaikat di hadapan kami.

Mereka tidak berhenti, Nabi Muhammad SAW juga harus memiliki rumah dari emas atau beliau yang mulia memperlihatkan diri bisa naik ke langit. Bahkan walaupun naik dan turun tidak membawa kitab yang dibaca, mereka juga tetap tidak akan mau beriman.

Subhanallah, pada rangkaian penolakan yang mereka sampaikan dan Alquran abadikan dalam Surah Al-Isra ayat 90 hingga 93, akhirnya Rasulullah SAW berikan jawaban langsung.

“Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?”

Kejahiliyahan

Cara orang-orang kafir dan musyrik Quraisy menolak ajaran Islam benar-benar tidak rasional.

Baca Lagi: Tetaplah Menuntut Ilmu

Islam itu adalah ajaran yang Allah tetapkan Nabi Muhammad sebagai utusan. Yakni teladan bagi seluruh umat manusia.

Lalu, tanpa melakukan proses memahami dengan mendalam, orang-orang itu mempertahankan kejahiliyahannya.

Mereka mau beriman kalau Nabi SAW bisa begini dan begitu sesuai keinginan mereka. Bukankah itu sikap kekanak-kanakan?

Perhatikan sikap anak-anak yang mereka menolak menjalankan perintah kebaikan dari orangtuanya, mereka merasa bahwa dirinya akan begini dan begitu kalau orangtuanya menuruti apapun keinginan anak-anaknya.

Seharusnya mereka bisa sedikit membuka kegunaan kognisi dan rasa dalam jiwanya, bahwa apa yang Nabi Muhammad SAW bawa adalah hal yang benar.

Mungkin itulah sebuah alasan mendasar mengapa ayat yang pertama Allah turunkan dalam Alquran adalah perintah membaca dengan nama Tuhanmu, Iqra’ Bismirabbik.

Namun, apa boleh buat, mereka telah mendahulukan kebodohan atas kekuatan berpikir, sehingga mereka benar -benar hidup dalam kerugian demi kerugian, kecuali yang mau bertaubat.

Dalam kata yang lain, Islam ini memang jalan kehidupan bagi manusia. Islam tidak menawarkan keajaiban laksana dongeng.

Islam menuntut bagaimana kita menjalani kehidupan ini dengan prinsip, tujuan dan orientasi hidup yang benar, maslahat. Hiduplah dengan memaksimalkan pikiran dan sempurnakan itu semua dengan ibadah dan amal sholeh yang menyala-nyala.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment