Home Kisah Isilah Hari dengan Kerja Keras
Isilah Hari dengan Kerja Keras

Isilah Hari dengan Kerja Keras

by Imam Nawawi

“Isilah hari dengan kerja keras” merupakan bait ketiga dari pantun yang digubah oleh Ketua Dewan Pembina Yayasan Pesantren Hidayatullah Batam, Ustadz Jamaluddin Nur, M.Pd, saat membuka gelaran LTC Pemuda Hidayatullah Kepulauan Riau (23/9).

Lengkapnya seperti berikut ini.

Amat serasi dan selaras
Cantik pengantin cantiknya paras
Isilah hari dengan kerja keras
Bukan dengan bermalas-malas

Pantun itu memberikan satu peringatan bahwa kaum muda memang punya tenaga, memiliki gairah. Namun jangan salah kaum muda juga banyak yang tertawan malas.

Baca Juga: Menghadapi Masalah Seperti Nabila

Ketika kaum muda tertawan malas maka tidak akan ada yang bisa ia lakukan sebagai karya. Agar akal yang harusnya makin hari semakin tajam, bukan malah semakin hari semakin kehilangan kekuatannya.

Disiplin Waktu

Ciri orang yang sungguh-sungguh bekerja keras adalah yang benar-benar disiplin dalam kehidupan sehari-harinya.

Ia sulit tertawan oleh malas, karena selalu mampu meletakkan setiap perkara berdasarkan timbangan yang rasional dan progresif.

Hal yang wajib tak pernah tertinggal. Hal yang mendesak dan penting selalu menjadi prioritas dalam hidupnya. Ia tahu semuanya berdasarkan timbangan-timbangan itu, sehingga setiap hari dalam 24 jam, ada banyak hal yang mampu ia tuntaskan dengan baik.

Keuntungan dari orang yang disiplin waktu ialah selalu punya kesadaran akan pentingnya ilmu, silaturrahmi dan amal sosial. Oleh karena itu rata-rata orang yang baik dalam masyarakat adalah yang tuntas dalam hal disiplin waktu.

Akselerasi

Tetapi memang ini zaman teknologi, semua bisa kita lakukan dengan lebih cepat, akselerasi.

Ustadz Jamaluddin Nur mengatakan bahwa ajaran Islam ini menghendaki umat melakukan akselerasi, mulai dari akselerasi intelektual, spiritual, hingga sosial.

Semua akselerasi itu diperlukan agar kala seseorang memiliki kecerdasan intelektual ia tidak lupa beramal.

Sebab inti nilai manusia bukan pada gelar sarjana atau tidak, tetapi apa yang ia persembahkan pada sesama berupa kebaikan dan kebermanfaatan.

Baca Lagi: Manusia Text Book Thinking

Hal itulah yang ia rasakan kala memperjuangkan dakwah bersama Ustadz Abdullah Said. Semua orang harus cerdas untuk rajin ibadah kemudian tak pernah lelah dalam dakwah.

Terakhir Ustadz Jamaluddin Nur menggubah pantun kembali.

Sawah padi ladang padang
Habis kelapa dimakan tupai
Rajin dan tekun gigih berjuang
Niscaya cita-cita akan tercapai

Masya Allah, sebuah pemikiran yang tampak sederhana namun sungguh siapapun orang, terutama yang masih usia muda, sangat penting memahami ini sebagai pengingat agar tidak jadi pemuda yang hidup tanpa karya, tanpa amal.*

Mas Imam Nawawi

 

 

Related Posts

Leave a Comment