Home Kajian Utama Iqra’ Bismirabbik: Ketika “Bacalah!” Menjadi Seruan Revolusi Kognitif
Iqra' Bismirabbik, itu bukanlah sekadar perintah untuk melafalkan huruf-huruf. Melainkan seruan untuk membuka pintu gerbang pengetahuan, untuk menggali makna di balik setiap simbol tertulis, untuk menjelajahi alam semesta melalui kata-kata.

Iqra’ Bismirabbik: Ketika “Bacalah!” Menjadi Seruan Revolusi Kognitif

by Imam Nawawi

Dalam suasana hingar-bingar dunia modern yang dipenuhi dengan distraksi digital, seruan “Iqra’ bismirabbik” seakan menjadi bisikan revolusioner yang mengajak kita kembali pada esensi sejati manusia: membaca. Dan, dalam sejarah Islam, “Iqra’ bismirabbik” memang membawa suatu perubahan besar, lahir dan batin.

Kita seringkali terjebak dalam ilusi bahwa kemajuan teknologi adalah satu-satunya jalan menuju kemajuan peradaban. Namun, perintah pertama yang Allah SWT turunkan kepada Nabi Muhammad SAW, “Bacalah!”, justru mengingatkan kita bahwa kunci utama kemajuan manusia terletak pada kemampuan membaca dan memahami.

Membaca bukan hanya dengan mata dan intelektual, tetapi juga dengan hati secara spiritual.

Dan, secara umum kita dapat memahami bahwa kemampuan kognitif adalah kemampuan untuk berpikir, belajar, mengingat, berkomunikasi, dan bekerja. Istilah kognisi berasal dari bahasa Latin cognoscere yang berarti pengetahuan atau pemahaman. Namun bagaimanapun kognisi adalah dasar. Manusia masih memerlukan kemampuan lainnya seperti moral dan spiritual.

Mengapa teknologi menghancurkan? Karena sisi moral tak terakomodasi, akibat rendahnya bacaan manusia pada sisi-sisi spiritual. Hal itu terbukti dengan ukuran paling penting yang manusia kejar, yakni ekonomi. Lihatlah sekarang dunia berhadapan dengan krisis iklim.

Sejarah Perintah Iqra’ Bismirabbik

Bayangkan, di tengah kegelapan Gua Hira, Nabi Muhammad SAW menerima perintah yang mengubah arah sejarah. “Bacalah!” Lengkapnya Iqra’ Bismirabbik, itu bukanlah sekadar perintah untuk melafalkan huruf-huruf. Melainkan seruan untuk membuka pintu gerbang pengetahuan, untuk menggali makna di balik setiap simbol tertulis, untuk menjelajahi alam semesta melalui kata-kata.

Revolusi kognitif yang dipicu oleh “Iqra’ bismirabbik” tidak hanya terbatas pada kemampuan membaca secara literal. Ia juga mencakup kemampuan berpikir kritis, menganalisis informasi, dan menghubungkan berbagai konsep. Ini adalah seruan untuk mengembangkan otak kita, untuk menjadi pembelajar seumur hidup, untuk terus mencari pengetahuan dan pemahaman tentang dunia dan kehidupan.

Baca Juga: Akarnya Satu, Iqra’

Lihatlah bagaimana Bilal bin Rabbah yang seorang budak mengalami revolusi kesadaran dan berani menentang penindasan dengan kesadaran iman. Itu adalah hal luar biasa yang banyak orang kurang menyadari.

Umar bin Khattab yang awalnya buta akan Islam dan karena itu sangat membenci Rasulullah SAW, berubah cara berpikirnya karena mendengarkan ayat-ayat Alquran yang dibaca oleh adiknya, Fatimah. Sayyidina Umar luluh hatinya dan terkesima dengan keindahan kata-kata Alquran. Seketika itu, dia meminta Khabbab untuk mengantarnya bertemu dengan Nabi Muhammad saw. dan menyatakan diri masuk Islam. Itulah revolusi kognisi, mengubah visi, haluan dan orientasi hidup.

Krusial

Pada era informasi mengalir deras tanpa henti, kemampuan membaca dan memahami menjadi semakin krusial. Kita sekarang berhadapan dengan banjir informasi, berita palsu, dan propaganda. Tanpa kemampuan membaca yang baik, kita mudah terombang-ambing oleh arus informasi, kehilangan arah, dan bahkan terjerumus ke dalam jurang kebodohan.

“Iqra’ bismirabbik” adalah seruan untuk melawan arus kebodohan, untuk menjadi individu yang berdaya, yang mampu membedakan antara fakta dan opini, yang mampu mengambil keputusan berdasarkan informasi yang valid dan relevan.

Membaca bukan hanya sekadar kegiatan mengisi waktu luang. Ia adalah investasi jangka panjang untuk masa depan kita, untuk bangsa kita, untuk peradaban manusia. Dengan membaca, kita membuka jendela dunia, memperluas wawasan, dan memperkaya khazanah intelektual kita.

Mari kita jadikan “Iqra’ bismirabbik” sebagai kesadaran dan habit harian kita. Saatnya kita baca, belajar, dan berkembang. Inilah momentum kita jadikan membaca sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas kita sebagai manusia. Karena dengan membaca, kita tidak hanya memahami dunia, tetapi juga memahami diri kita sendiri.

Berdasarkan pengalaman saya, kalau sudah biasa Iqra’ Bismirabbik nanti akan mudah memahami banyak hal, mengelaborasikannya dan menyampaikannya kepada sesama, baik secara lisan maupun tulisan.

Lebih dari sebatas problem kita, kondisi itu juga menjadi tantangan generasi mendatang. Saat ini anak-anak lebih tertarik pada gadget yang memberikan hiburan instan, seperti bermain game atau menonton video di YouTube, daripada buku yang memerlukan konsentrasi. Kita bisa bayangkan bagaimana generasi muda kita kalau kondisinya terus seperti itu.

Dan, berkah dari Iqra’ Bismirabbik, saya bisa menulis setiap hari. Ya, setiap hari. Ini harus saya sampaikan pertama sebagai bukti. Kedua, karena memang ada tugas untuk saya memaparkan kepada kaum muda yang ingin menekuni dunia literasi. Alhamdulillah.

Tapi ingat, ini hanya dampak kecil, dampak besarnya tentu membawa diri semakin dekat dan selalu sujud kepada Allah SWT yang memendarkan rahmat bagi semesta.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment