Home Artikel Inovasi Dakwah Kaum Muda, Bagaimana Langkahnya?
Inovasi Dakwah Kaum Muda, Bagaimana Langkahnya?

Inovasi Dakwah Kaum Muda, Bagaimana Langkahnya?

by Imam Nawawi

Dalam dakwah kita kenal empat prinsip, yaitu, Islam, dai, mad’u dan perangkat atau media (al-wasail). Nah, bagaimana saat ini, ketika prinsip dakwah itu harus menjadi kesadaran kaum muda dalam berdakwah? Dalam hal inilah kata inovasi menjadi penting kita ulas lebih jauh.

Prinsip pertama, Islam. Kita tahu Islam adalah rahmat bagi semesta alam. Artinya kaum muda harus mampu membawakan bahasa dakwah terutama di era digital ini yang masyarakat (mad’u) punya harapan dan semangat memperbaiki diri sebagai hamba Allah dan khalifatullah.

Oleh karena itu konten dakwah paling universal dan dapat diterima seluruh kalangan adalah mendakwahkan kandungan Alquran dengan pemahaman-pemahaman yang mendasar.

Lebih spesifik lagi ajarkan anak-anak dan kaum Muslimin yang belum bisa membaca Alquran. Konon, orang Indonesia yang beragama Islam masih banyak yang belum bisa membaca Alquran. Angkanya mencapai 65%.

Artinya masih terbuka luas medan kaum muda untuk dakwah Alquran. Sekarang bagaimana aktivis dakwah benar-benar mampu membaca Alquran dengan baik, syukur sesuai dengan kaidah dan memiliki sanda. Tetapi setidaknya mampu membaca Alquran dengan lancar.

Baca Juga: Derasnya Aliran Ilmu

Melalui dakwah Alquran masyarakat akan sadar Islam sebagai sistem hidup yang harus menjadi kesempatan memanifestasikan iman dengan sebaik-baiknya.

Sarana

Dakwah kaum muda menuntut inovasi mengingat kultur generasi yang terus berkembang. Sekarang banyak anak muda “duduk” dan nyaman di media sosial.

Dalam hal ini maka kaum muda harus memiliki plan dakwah berbasis digital untuk mengisi media dakwah dengan konten dakwah yang sistematis dan sistemik. Konten dakwah yang relevan salah satunya adalah mendorong kaum muda sadar akan hal mendasar sebagai Muslim.

Mulai dari syahadat, sholat, zakat, puasa, dan haji beserta konten penting Islami lainnya untuk membekali diri mampu menjadi Muslim yang merasakan indahnya ajaran Islam.

Sarana teknologi informasi bahkan media sosial harus menjadi sarana terbaik untuk dakwah di era masyarakat digital (cyber society). Platform seperti web, youtube, facebook dan seterusnya harus kita jadikan sarana berdakwah yang strategis.

Dialog

Dialog ternyata hal yang membutuhkan kecerdasan sekaligus keterampilan. Dalam hal dakwah kita bisa belajar kepada Ja’far bin Abu Thalib ra yang begitu gamblang menerangkan Islam kepada raja Najasyi yang nyaris terprovokasi oleh hasutan Amru bin Ash yang masih kafir kala itu tentang posisi Nabi Isa dalam ajaran Islam.

Pendek kata, dai-dai muda harus mampu berdialog dengan baik. Oleh karena itu kemampuan mengolah kata, berbicara dengan efektif, menjadi skill utama dalam dakwah di era digital seperti sekarang.

Baca Lagi: Jangan Hidup Tanpa Visi, Rugi Besar

Tentu saja dalam konsep dialog kita harus memahami siapa mad’u atau pihak yang sedang berdialog dengan kita. Ja’far sendiri tahu kalau Raja Najasyi adalah raja yang arif dan bijaksana serta berpengetahuan.

Namun lepas dari semua itu, satu pesan utama dari pendiri Hidayatullah, Ustadz Abdullah Said, bahwa dakwah paling efektif adalah menyampaikan keindahan apa yang kita rasakan dari ajaran Islam ini dengan sebaik-baiknya. Terbukti, dengan konsep itu, dakwah pesantren Hidayatullah bisa eksis dari Sabang hingga Merauke.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment