Menurut kalian apa sebaik-baik ucapan dalam kehidupan dunia yang fana ini? Janji politisi, janji pacar, atau janji diskon belanja online?
Sebaik-baik ucapan di dunia dalam pandangan Allah ialah dakwah. Menyeru umat manusia ke jalan Allah.
Karena itu dalam Islam semua wajib berdakwah. Dan, untuk menjalankan tugas ini, seseorang tak harus menjadi ulama hebat.
Sekalipun tak berarti, dakwah itu bisa yang itu-itu saja, karena pesannya sampaikan walau ayah (satu ayat).
Komprehensif
Memahami Islam mesti komprehensif. Artinya tidak karena satu petunjuk mengatakan boleh hanya satu ayat, lantas kita enggan belajar, malas membaca, dan jarang mengkaji ilmu.
Ingat, ayat pertama yang diterima Nabi ﷺ adalah iqra’ bismirabbik (bacalah dengan nama Tuhanmu).
Dalam hal ini, kita mesti memahami bahwa dakwah adalah tidak mungkin setiap Muslim menghindar darinya.
Lebih dari itu, siapa yang berdakwah maka dia telah mengamalkan satu amalan luar biasa.
Allah memuji mereka yang berdakwah sebagai sosok-sosok yang ucapannya adalah terbaik.
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushshilat: 33).
Pendapat Ulama tentang Ucapan Terbaik
Ibnu Katsir berkata, “Orang yang paling baik perkataannya adalah yang mengajak hamba Allah ke jalan-Nya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 12: 240).
Al Alusi berkata, “Yang dimaksud ayat tersebut adalah orang yang berdakwah untuk mentauhidkan Allah dan taat kepada-Nya.
Ayat ini mencakup setiap orang yang mengajak ke jalan Allah (termasuk da’i dan muadzin). Demikian pendapat Al Hasan Al Bashri, Maqotil dan mayoritas ulama.” (Ruhul Ma’ani, 18: 198 – Asy Syamilah).
Asy Syaukani menyebutkan, “Yang dimaksud dalam ayat di atas adalah orang yang berdakwah untuk mentauhidkan Allah dan taat kepada-Nya.
Kata Al Hasan Al Bashri, “Dia adalah mukmin yang Allah menerima seruannya dan ia pun menyeru yang lain untuk taat kepada Allah.” (Fathul Qodir, 6: 354 – Asy Syamilah).
Ibnul Jauzi menjelaskan bahwa para ulama menafsirkan berbeda mengenai maksud orang yang memiliki perkataan yang baik tersebut.
Ada yang mengatakan mereka adalah muadzin. Ada yang mengatakan mereka adalah para da’i yang mendakwahi syahadat ‘laa ilaha illallah’ (tidak ada sesembahan yang berhak untuk manusia menyembah selain Allah).
Pendapat kedua ini menjadi pendapat Ibnu ‘Abbas, As Sudi, dan Ibnu Zaid.
Sedangkan pendapat yang lain seperti dari Al Hasan Al Bashri, maksudnya ialah mukmin yang Allah menerima dakwah-Nya karena ia telah menempuh jalan Allah, lalu ia pun mengajak yang lain pada jalan tersebut. (Lihat Zaadul Masiir, 7: 256-257).*
Mas Imam Nawawi