Seorang pemimpin besar setelah berakhirnya masa sahabat dan tabi’in merupakan buah kolaborasi orang tua dan guru. Satu bukti itu kita temukan pada perjalanan panjang seorang Utsman bin Ertugrul. Di balik tempaan fisik dan mental, ia dididik langsung seorang ulama, bernama Syaikh Edebali, sampai akhirnya Utsman tumbuh menjadi pemimpin besar.
Seperti sebuah mata rantai yang tersambung, kehebatan Muhammad Al-Fatih tidak bisa dilepaskan dari kiprah dan perjuangan Utsman mendirikan tatanan hidup masyarkat yang berperadaban mulia.
Baca Juga: Evaluasi Arah Pembangunan
Di dalam Film Kurulus Osman kita bisa lihat bagaimana visualisasi seorang pemimpin itu, tinggi besar, berbadan tegap, namun pikiran dan jiwanya amat bijaksana. Komitmen pada nilai-nilai kepemimpinan yang diteladankan oleh Rasululullah SAW.
Tidak emosional, tidak reaktif dan tentu saja ia selalu melakukan musyawarah sebelum mengambil satu kebijakan strategis. Padahal kecerdasan Utsman sangatlah dominan. Namun itulah adab, mengedepankan perintah Allah daripada hal lainnya.
Cerdas dan Tangguh
Utsman dalam visualisasi film Kurulus Osman yang begitu panjang episodenya itu tampak sebagai pemimpin yang cerdas dan tangguh.
Ia tidak pernah ragu kala berhadapan dengan orang-orang kafir yang menganiaya banyak orang. Baginya, jiwa dan raganya untuk membela kaum lemah.
Selain itu, ia sangat cerdas dalam membaca skenario lawan, sehingga tidak satu pun rekayasa musuh melainkan dia dengan cepat memahaminya.
Di sisi lain ia sangat tangguh. Ia tidak pernah merasa takut walau seorang diri ke gelanggang. Keyakinannya kepada Allah begitu kuat, sehingga ia selalu tawakkal kepada-Nya dalam situasi dan kondisi apa pun.
Nasihat Syaikh Edebali
Dalam buku “Ertugrul Sejarah Turki Utsmani dari Kabilah ke Imperium”, sosok Syaikh Edebali sangat berperan bagi kepemimpinan Utsman dalam perjalanan hidupnya membawa kebangkitan peradaban Islam di Turki.
Syaikh Edebali berkata kepada murid-muridnya, “Hendaklah kalian berbuat baik kepada semua orang, baik Musim maupun kafir.
Dan, hendaklah kalian mudah memaafkan dan bersikap rendah hati terhadap semua orang, menghormati dan memuiakan para orang tua dan ulama. Para lansia merupakan simbol keberkahan kaumnya.
Lakukanlah semua tugas kamu karena hanya merngharap ridha Allah SWT semata.
Hendaklah semua aktivitas yang kalian lakukan berkeseuaian dengan perkataan-perkataan kalian. Janganlah kalian menyimpang dari kebenaran dan jihad di jalan Allah.
Jadilah kalian sebagai orang-orang yang menepati janji dan jujur terhadap orang yang mempercayai kalian.
Baca Lagi: Dialog Bersama Dubes Indonesia untuk Turki
Janganlah kaian melakukan suatu urusan tanpa musyawarah terlebih dahulu bersama pakarnya. Mintalah bantuan kesabaran dalam memenuhi kebutuhan kalian, karena bunga tidak akan mekar sebelum waktunya.”
Sungguh sebuah nasihat yang setiap pemimpin di era modern ini amat baik jika benar-benar memahami nasihat itu dan menjalankannya dalam amanah kepemimpinan. Insha Allah, kebaikan dan kemuliaan dapat kembali terwujud, insha Allah.*