Ustadz Abdullah Said pernah memberikan motivasi kepada para murid dan kadernya. Jangan hanya bangga membaca sejarah. Tapi guratlah sejarah Anda sendiri. Nah, kalimat itu membuat kita perlu mengetahui apa kriteria pembuat sejarah.
Buya Hamka dalam buku “Pribadi Hebat” menggambarkan dengan singkat dan padat.
Baca Lagi: Hidupkan Semangat Juang
“Mereka terdiri hanya beberapa orang, namun bernilai ratusan orang. Orang-orang seperti itulah yang membentuk sejarah hebat dan besar karena berani bertanggungjawab dan tangkas menetapkan suatu jalan yang akan ditempuh. Karena itu, boleh dikatakan bahwa pikiran umum dibentuk oleh beberapa orang saja.”
Ketika berbicara pemuda atau nama orang besar dalam sejarah, sejatinya kita sedang mengulas tentang diri. Itulah pribadi.
Sebab kalau kata-kata, kata Hamka, banyak orang bisa meniru kata-kata Soekarno. Tetapi bukan soal itu.
“Kemajuan pribadi sendiri akan menentukan tempat kita yang pantas dalam pergaulan hidup di bidang apa pun,” tegas Hamka lagi dalam buku itu.
Teguh dalam Keyakinan
Pemuda yang dapat menggubah sejarah ialah yang memiliki keteguhan dalam keyakinan.
Ia bukan orang yang pergi ke pasar tanpa tujuan yang jelas, sehingga setiap kali melihat barang dagangan baru matanya kesana kemari, otaknya bingung hatinya bimbang.
Pemuda yang mudah bingung dan berubah haluan adalah pemuda yang terseret pada arus besar yang mereduksi bahkan mendekontruksi keyakinan dalam dirinya.
Oleh karena itu, sekalipun Sumayyah dan Yasir syahid karena penyiksaan dengan sangat sadis (yang dalam pandangan manusia mati berarti rugi) ketika orang menyebut keduanya, pikiran dan kesadaran insan yang beriman akan bangkit spirit perjuangannya.
Padahal ayah ibu sahabat Amar itu meninggal karena beratnya penyiksaan. Meninggal saja kalau dalam rangka mempertahankan keyakinan itu sudah gubahan sejarah luar biasa. Terbukti bukan?
Bangun Visi dan Mental
Menyadari hal itu maka sebenarnya Ustadz Abdullah Said bukan semata pandai menggubah kalimat. Tapi kalimat itu lahir dari visi dan mentalnya.
Dalam beberapa kali kesempatan mendengarkan kisah Ustadz Abdullah Said dari para sahabatnya, seperti KH. Abdurrahman Muhammad dan Ustadz Latif Usman, saya temukan fakta itu.
Pertama, Ustadz Abdullah Said adalah pembaca yang gila. Beliau sangat suka dan cinta membaca. Buku apa saja, mulai dari agama sampai menata kebun. Dari soal manajemen hingga penataan tanaman. Beliau membaca semua itu.
Umur 12 tahun sudah mampu khutbah dan mendapat banyak undangan khutbah di masjid-masjid besar Makassar dan sekitarnya.
Kemudian kala membangun Pesantren Hidayatullah, beliau sudah terbiasa bangun jam 12 malam, lalu mandi dan sholat Tahajjud dalam waktu yang tidak sebentar.
Kekuatan apa itu kalau bukan visi dan mental?
Jadi, kalau kita ingin kehidupan yang sementara ini memberi arti dan bahkan mampu membuat sejarah, maka milikilah tiga hal penting tadi.
Yakni keteguhan keyakinan, yang menjadikan diri selamat dari pragmatisme yang mematikan idealisme.
Kemudian visi yang menjadikan obsesi terus menyala. Dan, mental yang membuat diri tak pernah kehabisan stok bahan bakar untuk terus yakin dalam perjuangan.
Pesan Tegas Buya Hamka
Seperti kata Hamka dalma buku “Pribadi Hebat” jangan mau jadi orang yang hidupnya hanya mementingkan diri sendiri.
“Banyak guru, dokter, hakim, insinyur, dan orang yang memiliki banyak koleksi buku serta diplomanya segulung besar, dalam masyarakat dia menjadi mati sebab dia bukan ‘orang masyarakat.’
Baca Lagi: Membangun Visi Pemuda 2045
Hidupnya hanya mementingkan diri sendiri dan diplomanya, hanya mencari harta. Hatinya sudah seperti batu, tidak mempunyai cita-cita selain kesenangan dirinya. Pribadinya tidak kuat, karena ia bergerak bukan karena dorongan jiwa dan akal.
Dan kepandaiannya yang banyak seringkali menimbulkan ketakutan, bukan menimbulkan keberanian untuk memasuki dan menjalani hidup.”*