“Ucapan-ucapannya selalu menguatkan hati dan membantu suaminya mengambil keputusan tepat. Dialah Ummi, seorang wanita sederhana pendamping Buya Hamka.” Itulah tulisan Rusydi Hamka dalam buku “Pribadi dan Martabat” pada bahasan Ibu, obat hati ayah dan anak. Dan, inilah kisah istri Buya Hamka yang sangat luar biasa itu.
Menjadi istri seorang Buya Hamka tentu tidak mudah, terlebih kala melihat jadwal hidup yang begitu padat dalam kegiatan kemasyarakatan.
Ummi Rusydi Hamka itu bernama Siti Raham. Ia adalah ibu dari 10 anak. Belum termasuk 2 anak yang meninggal dunia dan 2 anak yang keguguran.
Baca Juga: Inilah Media Bagus untuk Keluarga Indonesia
“Ummi adalah perempuan yang sederhana. Kala melihat foto-fotonya saat muda, saya merasa Ummi adalah wanita yang tidak begitu cantik, tapi manis.”
“Ummi bila bicara selalu terus terang, polos dengan aksen Minang yang sangat kentara. Namun terkadang dia pun menggoda Ayah, tatkala melihat fajar dari tangga Masjid Al-Azhar di waktu Shubuh.
Cerita Hamka Tentang Istrinya
“Kami hidup dalam suasana miskin. Sembahyang saja terpaksa bergantian karena di rumah hanya ada sehelai kain sarung. Tapi, Ummi kalian memang seorang yang setia. Dia tak minta apa-apa di luar kemampuan Ayah,” Ayah memuji, tulis Rusydi Hamka (halman 30).
Bahkan saat Buya Hamka mengalami kesulitan ekonomi yang sangat, Siti Raham tak segan menjual perhiasan miliknya. Mulai kalung, gelang emas, dan kain-kain batik halus yang ia pernah beli saat di Medan.
“Dijual dengan harga di bawah pasar, untuk dibelikan beras dan biaya sekolah anak-anak.”
Rusydi menambahkan, “Tak jarang saya lihat Ummi menitikkan air mata tatkala membuka lemarinya untuk mengambil lagi kain-kain simpanannya. Kemudian dia jual ke pasar.”
Bahkan saat Buya Hamka ingin menjual kain simpanannya, sang istri mencegah.
“Kain Angku Haji (panggilan Siti Raham kepada Buya Hamka) jangan dijual, biar kain saya saja, karena Angku Haji sering keluar rumah. Di luar jangan sapai Angku Haji kelihatan sebagai fakir yang miskin.”
Jadi benar-benar seorang istri yang luar biasa. Dalam keadaan butuh dan terdesak, sang istri tetap memerhatikan kehormatan suami.
“Jadi Hamka sajalah”
Satu momen begitu sulit terasa. Buya Hamka harus memilih antara jabatan pegawai negeri golongan F atau anggota partai.
“Apa pilihan kita, Mi?” tanya Ayah, minta pertimbangan Ummi untuk menentukan pilihan.
Istri Buya Hamka, Siti Raham dengan tenang menjawab.
“Kita kan tak pernah menjadi orang kaya dengan kedudukan Ayah sebagai pegawai itu.”
Baca Lagi: Langkah Membaca untuk Memahami
Kemudian dengan senyum khasnya, Ibu Rusydi Hamka itu berkata, “Jadi Hamka sajalah!”
Demikianlah secuil kisah seorang istri tangguh di balik suami hebat, yaitu Buya Hamka.*