Bagi sebagian orang, malam mungkin tak punya makna tertentu, apalagi istimewa. Tetapi bagi orang-orang visioner, malam terasa begitu istimewa.
Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mengutip ungkapan Fudhail bin Iyadh rahimahullah.
Baca Juga: Tahajjud Jadi Sarana Mendidik Generasi Sukses
“Ketika matahari terbenam, aku gembira dengan gelap malam, karena kau dapat berkhalwat dalam kesunyian dengan Rabbku. Dan apabila matahari terbit, aku berduka karena datangnya manusia kepadaku.”
Ungkapan itu menandakan bahwa malam begitu berharga bari Fudhail bin Iyadh. Sosok visioner dalam hal ini adalah para ulama yang menjadikan malam sebagai kesempatan taqarrub kepada Allah.
Rasulullah SAW mendorong umatnya agar bangun pada malam hari untuk sholat.
“Shalatlah pada malam hari, walaupun lamanya hanya sekadar waktu memerah susu kambing.” (HR. Ibn Majah).
Mengangkat Derajat
Malam memang Allah sebutkan sebagai bukti kebesaran-Nya. Manusia bisa beristirahat setelah lelah sepanjang siang.
Namun, malam juga peluang bagi siapapun yang ingin mengangkat derajat dirinya di hadapan Allah, yakni dengan bangun, tilawah atau pun tahajjud.
“Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang).” (QS. Ali Imran: 113).
Oleh karena itu Allah secara eksplisit mendorong orang beriman untuk bangun shalat.
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra’: 79).
Kebiasaan Ulama
Para ulama menjadikan malam sebagai momentum istimewa.
Baca Lagi: Jangan Sampai Menyesal
Sebagian mereka menjadikannya sebagai kesempatan untuk beribadah, menekuni ilmu, membaca Alquran dan memperdalam hubungan dengan Allah serta melayani umat.
Bahkan sebagian ulama ada yang aktif melakukan aktivitas menulis dan riset pada malam hari. Inilah rahasia kenapa ulama dalam Islam sangat produktif dalam menulis ilmu dalam bentuk buku.
Malam hari setelah tidur, banyak dari mereka yang tekun meneliti, merumuskan pemikiran dan menulis karya kebaikan bagi umat.
Sebagian lainnya melakukan proses tazkiyatun nafs (pembersihan jiwa), menelaah hadits-hadits, memperbaiki kondisi hati dan batin mereka, serta melakukan refleksi, dzikir dan taqarrub kepada Allah.
Lantas bagaimanakah kita dalam menyikapi malam selama hidup? Semoga Allah membimbing kita bisa mengisi malam dengan kebaikan dunia dan akhirat.*