Dunia terus berubah, kegelapan dalam banyak hal mulai tersingkap. Dahulu orang mengenal Israel sebagai negara “hebat”. Kini semua mulai melihat dengan hati, negara itu ternyata begitu jahat. Politisi juga dahulu bebas berkata-kata. Tetapi sekarang satu orang politisi bisa berkata A kemudian berkata B. Orang pun akhirnya semakin melek, sebagian politisi itu ternyata mudah lupa, tidak punya malu dan seenaknya saja berbicara.
Dahulu, para cendekiawan telah memprediksi, bahwa semakin waktu, manusia (publik) akan semakin rasional, cerdas dan mengenal cara berpikir “ilmiah.” Istilah kala itu orang akan menuju kondisi “Knowledge Based Society.”
Baca Juga: Zakat yang Semakin Kuat
Oleh sebab itu, pada masa kini dan ke depan, orang harus semakin mampu menyesuaikan karakter dan perilaku. Pertama, tulus. Kedua, mau bekerja. Ketiga, semakin bergerak, semakin cinta terhadap ilmu.
Lembaga Amal
Beberapa hari lalu saya datang ke sebuah Masjid untuk mengajak masyarakat peduli dan berbagi kepada Palestina.
Usai acara yang saya mengajak jama’ah berdonasi itu, pengurus masjid menghampiriku dan duduk agak lama.
“Saya kadang berpikir, mengapa umat Islam sekarang, semakin hari semakin banyak lembaga amal. Tetapi mengapa kemiskinan tidak bernar-benar teratasi.”
Saya menghirup nafas panjang. Lalu saya sampaikan. “Lembaga amal sudah berusaha dengan kemampuan mereka. Kalau mau jujur, pemerintah sekalipun belum benar-benar berhasil mengatasi kemiskinan di Indonesia ini.”
Mendengar itu, pengurus masjid itu menundukkan kepala dan sepertinya berpikir dalam.
Bukti
Tetapi pertanyaan itu saya kira penting jadi renungan kita semua, termasuk membantu kerja dan kinerja lembaga amal sosial, seperti Laz, untuk semakin efektif dalam menjalankan tugas keumatan, mengatasi kemiskinan.
Kalau kita hitung dari sisi potensi dan realisasi zakat, penghimpunan secara nasional masih kurang dari 10%. Artinya, memang sulit dan terlalu tergesa-gesa memvonis lembaga amal tidak mampu bekerja dengan baik.
Namun di sisi lain, sebagaimana perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, menghadirkan bukti adalah kunci. Sebab, secara prinsip, publik secar tidak langsung menuntut, apa impact dari program yang telah dilangsungkan. Kemudian sejauh mana hal itu dapat berjalan secara berkesinambungan. Terakhir, bagaimana program itu bisa jadi improvisasi, meluas ke berbagai titik di Indonesia.
Baca Lagi: Zakat dan Wakaf Jadikan Umat Islam Berkontribusi Signifikan kepada Negara
Tulisan ini mungkin tak menjawab seluruhnya, tapi ini awal yang baik untuk kita berpikir dan bergerak bersama. Bagaimana umat Islam semakin terdepan dalam kemajuan dengan basis karakter shiddiq, amanah, tabligh dan fathonah.*