Home Hikmah Inilah Doa Pemimpin Sejati
Inilah Doa Pemimpin Sejati

Inilah Doa Pemimpin Sejati

by Imam Nawawi

Doa pemimpin sejati ini saya temukan dalam lembaran-lembaran buku “Bangkit dan Runtuhnya Daulah Bani Saljuk” karya Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi.

Pemimpin itu ialah Sultan Malik Syah. Bernama lengkap, Jalaluddaulah Abu Al-Fath Malik Syah bin Sultan Alp Arselan Muhammad bin Jufri Bek As-Saljuki, At-Türkiye.

Ayahnya, Alp Arselan Muhammad mendapat gelar “Sang Singa Pemberani.” Hal itu karena reputasinya sebagai pemimpin yang adil.

Baca Lagi: Sarjana Muslim Jadilah Pemain Terbaik

Ash-Shalabi menjelaskan perihal Alp Arselan Muhammad.

Ia seorang pemimpin yang adil, bersikap baik terhadap manusia.

Pemurah, penyayang, belas kasih terhadap rakyat, lemah lembut terhadap kaum fakir, berbuat baik terhadap keluarganya, teman-temannya dan budak-budaknya.

Banyak berdoa supaya nikmatnya dilanggengkan, banyak bersedekah.

Setiap Ramadhan bersedekah 10.000 dinar. Tidak melakukan perbuatan yang melukai orang lain.”

Nah sifat mulia dan kebesaran jiwa itu juga hadir dalam diri putranya, Sultan Malik Syah yang dinobatkan sebagai sultan pada saat usianya baru 18 tahun.

Pendidikan untuk Malik Syah

Sejak belia Sultan Alp Arselan konsen memberikan pendidikan dan latihan untuk siap memimpin daulah. Hal itu seperti yang Alp Arselan dapatkan dari sang ayah dahulu, Jufri Bek.

Malik Syah muda pun tidak sekedar menerima pendidikan dalam kelas, tetapi juga pendidikan langsung di medan jihad.

Hal itu agar Malik Syah terlatih dalam berperang dan mengetahui rencana dan tipuan perang dari lawan.

Pelajaran tentang prinsip-prinsip kenegaraan pun juga Alp Arselan berikan kepada Maliksyah, termasuk politik dan manajemen urusan rakyat.

Dan, sejak dini latihan dalam bentuk praktik langsung juga telah terkondisikan sedemikian rupa dengan menjadikan Malik Syah sebagai penguasa wilayah Kailan.

Menghadapi Pemberontakan

Seperti sebuah syair, “Langit tak selalu cerah” kepemimpinan Sultan Malik Syah mendapat penolakan dalam bentuk pemberontakan yang dilakukan oleh pamanya (Qarut) dan keluarganya sendiri.

Rupanya praktik saling berlomba mendapat kekuasaan tak mampu mereka bendung, sehingga pemberontakan jadi jalan dan pilihan.

Qarut yang lebih senior tentu sangat lihai bermain secara politik kotor. Unjuk rasa pun tak terhindarkan. Prajurit melakukan demonstrasi menuntut agar Malik Syah digantikan oleh Qarut.

Namun akhirnya pemberontakan itu dapat teratasi dengan baik, berkat pemikiran cemerlang sang perdana menteri, Nizham Al-Mulk, yang setia mendampingi Sultan Malik Syah.

Doa Malik Syah

Meski demikian pemberontakan tetap ada, kali ini dari saudaranya. Maka saat Sultan Malik Syah bersama Nizham Al-Mulk keluar melalui Thus kemudian menziarahi makam Ali bin Musa Ar-Ridha terjadilah peristiwa menarik.

Usai ziarah dan keduanya keluar, Sultan Malik Syah bertanya kepada Nizham Al-Mulk.

“Apa doa Anda tadi?”

Nizham berkata, “Aku berdoa kepada Allah agar Allah memenangkanmu atas saudaramu.”

Sultan Malik Syah menjawab, “Akan tetapi, aku berdoa, ‘Ya Allah, jika saudaraku lebih patut untuk kaum Muslimin, maka menangkanlah dia atas diriku dan jika aku lebih patut untuk kaum Muslimin, maka menangkanlah aku atas dirinya.”

Baca Lagi: Pesan Gus Bahaya Jauhi Malas Itu Sangat Berbahaya

Itulah doa terbaik seorang pemimpin. Ya, pemimpin sejati.

Ia memahami dengan mendalam bahwa kekuasaan bukan miliknya.

Kekuasaan hanya amanah. Kalau Allah menghendaki pada diri seseorang maka akan terjadi dan begitu pun sebaliknya.

Sungguh ini adalah teladan sejarah peradaban Islam yang begitu indah. Yang kalau ini jadi pemahaman banyak orang Islam, tentu mereka akan berhenti saling sikut dan saling injak demi yang namanya kekuasaan.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment