Home Kajian Utama Inilah Bedanya Orang Berilmu dengan Tidak
Inilah Bedanya Orang Berilmu dengan Tidak

Inilah Bedanya Orang Berilmu dengan Tidak

by Imam Nawawi

Banyak orang menilai seseorang adalah ahli ilmu. Namun tak jarang ada yang kemudian kecewa, karena ada sikap kurang sesuai “harapan.” Nah, inilah bedanya orang berilmu dengan yang tidak.

Soal ini terjawab dengan begitu mudah oleh Gus Baha kala menjelaskan perihal beda posisi orang biasa dengan ahli ilmu.

Kata Gus Baha, seseorang mau melakukan kegiatan mencuri atau kejahatan lainnya itu karena ia paham, uang itu penting.

Baca Juga: Ilmu Masa Kini untuk Apa?

Kalau seorang kyai, ahli ilmu, juga memiliki pandangan seperti itu, uang itu penting dan bahkan lebih jauh lagi, maka dimanakah letak bedanya ia sebagai ahli ilmu dengan orang yang bodoh?

Kaidah

Dalam kitab “Adabut Tholabul Ilmi” karya Imam Al-Jazurri dkk, bahwa ada kaidah penting yang ahli ilmu harus pahami.

Yakni selalu mengutamakan kejujuran. Kemudian tidak memiliki iradah kecuali dalam rangka mendapat ridha Allah dengan ilmunya.

Ia sadar sepenuh hati ilmu bukan untuk mencari kedudukan mulia pada sisi pemimpin atau raja atau penguasa.

Dan, sepanjang hidupnya, ia tidak membawa ilmu dan memberikan, kecuali kepada yang berhak.

Hal-hal itu merupakan kaidah dasar yang harus ahli ilmu miliki. Dengan begitu dengan ilmunya ia bisa seperti bulan purnama, memantulkan sinar Ilahiyah kepada umat manusia.

Tidak Sama

Surat Az-Zumar Ayat 9 menerangkan satu hal penting.

“Katakanlah, ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.'”

Ayat itu jelas memberikan kedudukan dari orang yang ahli ilmu. Jangan sampai tidak berbeda dari orang yang tidak punya ilmu.

Baca Lagi: Tetaplah Menuntut Ilmu

Mengapa orang berilmu itu senang sujud? Kata Gus Baha, karena ia paham, kelak dalam kehidupan akhirat kenangan yang paling akan manusia banggakan adalah kala sujud di dunia.

Dalam kata yang lain, buah ilmu sebenarnya bukan ambisi dan ketamakan akan harta dunia. Melainkan komitmen diri menata sikap, perilaku bahkan cara berpikir berbasis pada petunjuk wahyu, bukan hawa nafsu.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment