Kang Maman seolah tak pernah ada jeda untuk menebar cahaya. Bak aliran listrik, selalu sedia bertransformasi, menjadi energi apapun. Mulai lampu hingga kipas angin, bahkan menjadikan yang mentah siap untuk dihidangkan.
Sabtu (25/1) pukul 09:00 WIB pegiat literasi itu sudah tiba di IUQI (Institut Ummul Qura Indonesia) di Leuwiliang, Bogor, Jawa Barat. Saya yang datang menyusul menangkap setidaknya tiga pesan utama dari Kang Maman yang penting jadi milik kita bersama.
Pertama, cintailah anak-anak yatim. Karena setiap anak yatim adalah anak dari Rasulullah SAW. Maksudnya adalah Rasulullah SAW pasti membela anak-anak yatim itu.
Seperti suatu riwayat saat Idul Fitri, ada anak yatim yang bersedih luar biasa. Nabi SAW yang mendatangi anak yatim itu lalu mengatakan, mulai hari ini kamu adalah anakku dan kepada sang istri, Siti Aisyah ra, Nabi SAW memerintahkan agar diberi makan dan pakaian baru. Seketika duka lara anak yatim itu menjadi sirna.
Jangan Sakiti Ibumu
Pesan utama kedua yang Kang Maman sampaikan pada bedah buku …dan janda itu ibuku adalah jangan menyakiti hati ibu. Ibu itu manusia mulia, maka jangan rendahkan diri kita dengan tidak menghormati dan mencintainya.
Kang Maman pernah bertanya kepada sang ibu. “Ibu, apa yang paling sakit setelah melahirkan?”
“Yang paling sakit adalah ketika anak membentak ibu, yang telah melahirkannya!”
Saya seketika jadi mengerti secara mendalam, mengapa Allah melarang kita berkata “Ah” kepada orang tua kita sendiri.
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra’: 23).
Perbanyak Tindakan Membantu Ibu
Pesan utama ketiga dari Kang Maman adalah kita harus berupaya memperbanyak tindakan membantu ibu. Apalagi kalau ibu kita masih hidup. Boleh membantu dengan doa, tapi tindakan jauh lebih terasa.
Baca Juga: Kebangkitan Ibu Kang Maman
Pesan ini mendorong kita untuk benar-benar peka, empati dan merasa apa yang ibu inginkan dari kita sebagai anaknya. Sejauh kita mampu melakukannya, segerakan membantu ibu. Jangan tunda apalagi sampai lupa.
Saat kita telah dewasa, ibu terkadang hanya ingin melihat kita sebagai anaknya datang, bercerita, membagikan kisah-kisah indah, lalu mendoakannya langsung.
Saya bersyukur sekali hadir dalam forum yang mulia itu. Apalagi bukan hanya saya yang menyimak dan menyadap energi penting dari Kang Maman itu, tetapi juga istri dan anak-anakku. Harapan kami jelas, anak-anak yang hari ini memerhatikan, kelak menjadi yang terdepan dalam segala kebaikan, terutama kepada ayah dan ibu.
Terimakasih, Kang. Semoga ibu kita semua dalam ridah Allah SWT.*